This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Teori] AE Priyono: Indonesia Butuh Civic-Islam

AE Priyono: Indonesia Butuh Civic-Islam
AE Priyono
Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), AE Priyono mengatakan, saat ni ada tiga golongan gerakan keagamaan yg perlu diperhatikan karena di dalamnya memuat sejummlah problem di Indonesia.
“Pertama adlh gerakan Islamisme / radikalisme yg mengusung ideologi politik transnasional yg tak peduli pd NKRI dan ingin mengubah menjadi negara Islam / khilafah. Kedua,
Islam liberal penyokong praktik ekonomi neo-liberal, dan ketiga, kelompok Islam eskapis yg hanya mementingkan ritual dan mengesampingkan dimensi sosial,” paparnya kepada Katakini di Kantor LP3ES, Pejaten Jakarta, Senin, (29/12).
Menurut peneliti senior ini, ketiga golongan tersebut merupakan peta yg gamblang dilihat dari sisi makro. Masing-masing memiliki kelemahan sehingga menimbulkan problem bagi keadaban Islam di tanah air. “Karena itu kalangan cendekiawan muslim, ulama dan terutama generasi muda Islam perlu membicarakan dan merumuskan gerakan Islam alternatif guna memecah kebuntuan dari ketiga corak Islam tersebut.”
Menurut Priyono, pd Islam golongan pertama, yakni Islamisme, yaitu paham serba Islam yg menjadikan Islam sebagai ideologi politik selalu menyerang pilar-pilar demokrasi yg dianggap musuh Islam dgn mengangkat sisi-sisi kelemahan praktik demokrasi dan mengabaikan nilai-nilai keberhasilan demokrasi. “Mereka inginkan negara Islam, daulah Islam / khilafah Islam dgn semangat ideologis dan tak peduli dgn NKRI,” jelasnya.
Pada Islam golongan kedua, yaitu Islam Liberal, menurutnya jg memiliki problem karena dari sisi yg paling mendasar liberalisme itu lebih pd upaya tujuan otonomi individu yg itu sebenarnya kurang mewakili ruh gerakan Islam yg esensial.
“Mungkin pd penekanan kebebasan individu tersebut tak menjadi problem sosial, tetapi manakala Islam Liberal kemudian mengarah pd liberalisme ekonomi, / penyokong neoliberal, itu jelas menjadii problem bagi masa depan Indonesia. Kurang pekanya gerakan liberalisme Islam terhadap neo-liberalisme bisa mengakibatkan kita mundur karena bagaimanapun neo-liberalisme memiliki problem untk Indonesia.”
Pada golongan Islam yg ketiga, yaitu Islam eskapis, Priyono melihat sebagai problem lama yg belum tuntas diselesaikan. Islam Eskapis adlh Islam yg hanya berkutat pd dimensi ibadah. “Ibadahnya tak masalah, tetapi memberhentikan gerakan Islam sebagai ibadah dan mengabaikan aspek sosial, / muamalah itu bisa membekukan ruh Islam sebagai agama pembebasan, tak peka atas perkembangan peradaban.”
Melihat peta secara umum tersebut Priyono berpendapat, “ada ruang kosong lain yg bisa memecah konsentrasi ketiga golongan tersebut, yakni sebuah gerakan yg serius memikirkan keadaban publik. Civic Islam merupakan corak gerakan yg penting dibicarakan, dijadikan salahsatu diskursus yg serius dan diteruskan menjadi gerakan di Indonesia,” ujarnya.
Civic Islam menurut Priyono memiliki konten nilai yg luhur sesuai semangat kenabian. Arah tujunya jelas untk pembangunan peradaban umat, bangsa, dan kemanusiaan.
“Saya kira ni penting segera digerakkan secara berjamaah agar wajah Islam yg sering tampil barbar dgn teror, kekerasan dan dan anti-kemajuan itu bergeser kepada corak Islam yg humanis, toleran dan mendamaikan situasi,” terangnya.-Pungkit/Irwan
- Sumber http://katakini.com/berita-ae-priyono-indonesia-butuh-civic-islam.html#

0 Response to "[Teori] AE Priyono: Indonesia Butuh Civic-Islam"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *