ro2blog.blogspot.com - Seorang muslim itu tak akan berdosa kecuali melakukan 2 perkara; Maninggalkan yg wajib / mengerjakan yg haram. Selain keduanya Allah swt tak menyediakan dosa untk diambil oleh muslim.
Jadi, jangan merasa berdosa kalau tak terbiasa memanggil kawan dgn sebutan "akhi", / "ukhti", / jg "abi", dan "umm". Karena memanggil saudara lain dgn bahasa Arab bukan kewajiban dan panggilan dgn bahasa local setempat pun bukan sebuah keharaman.
Jangan jg merasa paling islami kalau sudah biasa memanggil dgn pangilan-panggilan bahasa Arab; "Akhi", "ukhti", toh Abu Jahal dan sekutunya pun memanggil kawan-kawan dan sedulurnya dgn sebutan itu, tapi tak bisa ia dikatakan islami.
Jadi, jangan jg minder kalau memang tak mengerti dalil-dalil agama, baik dari al-Quran dan hadits. Karena bagi awam, mengetahui dalil bagi tiap amalan itu bukan kewajiban. Hanya Zohiriyah dan Mu'tazilah yg mewajibakan semua muslim tanpa kecuali untk tahu dalil dlm tiap amalan.
Belajar dalil-dalil agama secara rinci bukanlah sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Dan mempelajari ilmu-ilmu lain jg bukan sebuah keharaman yg harus dihindari.
Jangan jg merasa paling jago Islamnya karena tahu banyak dalil agama. Karena sama sekali bukan itu ukuran baik-buruknya keislaman seseorang. Yang wajib itu adlh mengamalkan ilmu yg sudah dianugerahu oleh Allah swt untk kemaslahatan orang banyak sebagai bentuk penghambaan kepada Allah swt. Apapun ilmunya.
Jadi, mestinya merasa malu sudah diberikan kesempatan dan rizki untk bisa mengerti dan memahami suatu ilmu tertentu, tapi malah berbelok arah ke ilmu lain. Belajarnya teknik, kok jadi dokter? Belajarnya dokter kok jadi insinyur pertanian? Belajar kehutanan kok jadi mufti?
Manfaatkan ilmu yg diberikan oleh Allah swt, karena itu adlh amanat dan gunakan sebagai ibadah dgn memberikan manfaat sebanyak mungkin kepada penduduk bumi ini. itu sangat dicintai oleh Allah swt dibanding tahu banyak dalil, tapi yg dikerjakan hanya berdebat sana-sini guna menunjukkan "gue ahli syariah!", / jg malah membuat muslim lain menjadi antipati kepada ajaran syariah karena pembawaan si jago "dalil" itu yg arogan dan menyulitkan.
Jadi, jangan minder kalau memang tak bisa bahasa Arab. Karena mempelajari bahasa Arab bukan kewajiban, -wajibnya bahasa Arab bagi mereka yg ingin mendalami ilmu syariah secara rindi-. dan mempalajari bahasa lain selain Arab jg bukan sebuah kemungkaran yg harus dijauhkan.
Jangan merasa paling islami kalau sudah fasih bahasa arab! Abu jahal dan sekutunya pun fasih sekali berbahasa arab, dan mereka bukan islam.
Jangan beranggapan bahwa hanya ilmu agama yg bikin anda selamat akhirat. Ilmu lain pun jika digunakan pd koridor dan jalur yg baik, itulah jalan menuju surga. Manusia yg paling baik itu yg banyak manfaatnya. Itu yg paling islami!
-wallahu a'lam-
Jadi, jangan merasa berdosa kalau tak terbiasa memanggil kawan dgn sebutan "akhi", / "ukhti", / jg "abi", dan "umm". Karena memanggil saudara lain dgn bahasa Arab bukan kewajiban dan panggilan dgn bahasa local setempat pun bukan sebuah keharaman.
Jangan jg merasa paling islami kalau sudah biasa memanggil dgn pangilan-panggilan bahasa Arab; "Akhi", "ukhti", toh Abu Jahal dan sekutunya pun memanggil kawan-kawan dan sedulurnya dgn sebutan itu, tapi tak bisa ia dikatakan islami.
Jadi, jangan jg minder kalau memang tak mengerti dalil-dalil agama, baik dari al-Quran dan hadits. Karena bagi awam, mengetahui dalil bagi tiap amalan itu bukan kewajiban. Hanya Zohiriyah dan Mu'tazilah yg mewajibakan semua muslim tanpa kecuali untk tahu dalil dlm tiap amalan.
Belajar dalil-dalil agama secara rinci bukanlah sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Dan mempelajari ilmu-ilmu lain jg bukan sebuah keharaman yg harus dihindari.
Jangan jg merasa paling jago Islamnya karena tahu banyak dalil agama. Karena sama sekali bukan itu ukuran baik-buruknya keislaman seseorang. Yang wajib itu adlh mengamalkan ilmu yg sudah dianugerahu oleh Allah swt untk kemaslahatan orang banyak sebagai bentuk penghambaan kepada Allah swt. Apapun ilmunya.
Jadi, mestinya merasa malu sudah diberikan kesempatan dan rizki untk bisa mengerti dan memahami suatu ilmu tertentu, tapi malah berbelok arah ke ilmu lain. Belajarnya teknik, kok jadi dokter? Belajarnya dokter kok jadi insinyur pertanian? Belajar kehutanan kok jadi mufti?
Manfaatkan ilmu yg diberikan oleh Allah swt, karena itu adlh amanat dan gunakan sebagai ibadah dgn memberikan manfaat sebanyak mungkin kepada penduduk bumi ini. itu sangat dicintai oleh Allah swt dibanding tahu banyak dalil, tapi yg dikerjakan hanya berdebat sana-sini guna menunjukkan "gue ahli syariah!", / jg malah membuat muslim lain menjadi antipati kepada ajaran syariah karena pembawaan si jago "dalil" itu yg arogan dan menyulitkan.
Jadi, jangan minder kalau memang tak bisa bahasa Arab. Karena mempelajari bahasa Arab bukan kewajiban, -wajibnya bahasa Arab bagi mereka yg ingin mendalami ilmu syariah secara rindi-. dan mempalajari bahasa lain selain Arab jg bukan sebuah kemungkaran yg harus dijauhkan.
Jangan merasa paling islami kalau sudah fasih bahasa arab! Abu jahal dan sekutunya pun fasih sekali berbahasa arab, dan mereka bukan islam.
Jangan beranggapan bahwa hanya ilmu agama yg bikin anda selamat akhirat. Ilmu lain pun jika digunakan pd koridor dan jalur yg baik, itulah jalan menuju surga. Manusia yg paling baik itu yg banyak manfaatnya. Itu yg paling islami!
-wallahu a'lam-
other source : http://zarkasih20.blogspot.com, http://stackoverflow.com, http://tribunnews.com
0 Response to "Yang Banyak Memberi Manfaat itu yang Paling Islami"
Post a Comment