
Anyway, ni kiyai makin lama makin mengenaskan saja omongannya. Bukankah ia tahu bahwa jenggot itu termasuk sunnah dlm Islam sebagaimana dikatakan oleh Nabi saya - yg mungkin jg masih Nabi Anda (pak kiyai) - shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam:
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ، وَأَعْفُوا اللِّحَى
Potonglah kumis kalian dan peliharalah jenggot [Diriwayatkan oleh Muslim no. 259]. Nabi saya - yg mungkin jg masih Nabi Anda (pak kiyai) - shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam berjenggot. عَنْ جَابِر بْن سَمُرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ شَمِطَ مُقَدَّمُ رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ، وَكَانَ إِذَا ادَّهَنَ لَمْ يَتَبَيَّنْ، وَإِذَا شَعِثَ رَأْسُهُ تَبَيَّنَ، وَكَانَ كَثِيرَ شَعْرِ اللِّحْيَةِ
Dari Jaabir bin Samurah, ia berkata : Rambut bagian depan dan jenggot Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam telah beruban. Apabila beliau shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam meminyakinya, maka ubannya tak terlihat. Tapi apabila rambut kepala beliau telah kering, maka akan nampak. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam adlh seorang yg mempunyai jenggot lebat [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2344]. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah penghulunya orang-orang cerdas dari kaum muslimin tanpa ada persangsian. Semoga Anda tak menyangsikannya. Para shahabat dan taabi’iin pun berjenggot. عَنْ عَطَاء بْن أَبِي رَبَاحٍ، قَالَ: كَانُوا يُحِبُّونَ أَنْ يُعْفُوا اللِّحْيَةَ، إِلا فِي حَجٍّ أَوْ عُمْرَةٍ
Dari ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah, ia berkata : Mereka (para shahabat dan tabi’in) menyukai untk memelihara jenggot, kecuali saat haji dan ’umrah[1] [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dgn sanad shahih]. Mereka adlh generasi emas, generasi terbaik yg jauuuuuh lebih baik daripada generasi kocak Islam Nusantara yg coba Anda idekan. Nabi saya - yg mungkin jg masih Nabi Anda (pak kiyai) - shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda: خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
"Sebaik-baik ummatku adlh yg orang-orang hidup pd jamanku (generasiku) kemudian orang-orang yg datang setelah mereka (taabi’iin) kemudian orang-orang yg datang setelah mereka (atbaa’ut-taabi’iin)" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3650 dan Muslim no. 2535]. Para ulama madzhab berjenggot dan menyatakan kemasyru’annya. Bahkan An-Nawawiy rahimahullah - ulama besar madzhab Syaafi’iyyah, madzhab yg sering Anda jadikan boncengan untk menyebarkan pikiran nyleneh Anda - mengatakan untk tak memotong jenggot: والمختار تركها على حالها, وألا يتعرض لها بتقصير شيء أصلاً
Pendapat yg terpilih adlh membiarkan jenggot sebagaimana adanya, dan tak memendekkannya sama sekali [Syarh Shahih Muslim, 2/154]. Mereka semua adlh orang-orang cerdas, pilihan dari umat ini. Mereka memilih untk berjenggot dan menyuruh orang lain untk berjenggot. Tokoh-tokoh Nusantara pun banyak. Ada Muhammad Yasin Al-Fadani, Nawawi Al-Bantani, Agus Salim, Ahmad Dahlan, Buya Hamka, sampai KH. Hasyim Asy’ari - pendiri NU - jg berjenggot. Ya, mereka tetap memelihara jenggot meski jenggot mereka tak selebat keturunan Arab. Tidak ada satupun orang Indonesia setahu saya yg mengatakan mereka bodoh ber-IQ di bawah standar. Atau Anda lebih suka contoh dari orang-orang di luar Islam ?. Tak apa saya sebutkan meski saya tak butuh nama-nama mereka untk disebutkan. James Parkinson (1755 -1824), William Edmond Logan (1798 -1875), Asa Gray (1810 - 1888), John Strong Newberry (1822 - 1892), John Tyndall (1820 - 1893), Alfred Bernhard Nobel (1833 - 1896), John Wesley Powell (1834 - 1902), Ludwig Eduard Boltzmann (1844 - 1906), Dmitri Ivanovich Mendeleev (1834 - 1907), Henry Clifton Sorby (1826 - 1908), Grove Karl Gilbert (1843 -1918), Pyotr Alexeyevich Kropotkin (1842 - 1921), Alexander Graham Bell (1847 - 1922), Wilhelm Conrad Röntgen (1845 - 1923), dan masih banyak lagi; ni semua adlh para ilmuwan non-Islam yg memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan berjenggot. Lantas dari mana dasar celotehan konyol jenggot identik dgn kebodohan ?. Apakah Anda berbicara atas nama ilmu statistik ?. Tentu tidak, karena saya tahu Anda tak punya kemampuan dan kompetensi di bidang itu. Apakah Anda berbicara atas nama ilmu kesehatan dan psikologi ?. Lebih jauh lagi dari yg pertama. Jika demikian, orang yg berstatement katrok tanpa modal lebih pantas disebut ........ (jawab sendiri). Saya sebenarnya tak tahu apa kompetensi Anda. Yang nampak saat ini, bakat komedi Anda lumayan untk dpt diperbandingkan dgn banyolan trio Bagito. Mampu membuat tawa para hadirin yg mungkin sejenis dgn Anda. Bedanya, Trio Bagito - setahu saya - tak pernah membuat syari’at dan orang-orang yg menjalankannya sebagai bahan lawakan, sedangkan Anda adlh jagonya. Anda boleh saja benci dgn ‘Wahabi’, akan tetapi kebencian Anda tentu tak boleh menjadikan syari’at sebagai mainan dan olok-olokan. Allah ta’ala berfirman : يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)
Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan kepada mereka suatu surat yg menerangkan apa yg tersembunyi dlm hati mereka. Katakanlah kepada mereka : Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya). Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yg kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yg mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab : Sesungguhnya kami hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja. Katakanlah : Apakah dgn Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu mengolok-olok?. Tidak usah kamu meminta maaf, karena kamu kafir setelah beriman. Jika Kami maafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka bertaubat), niscaya Kami mengadzab golongan (yang lain), karena mereka adlh orang-orang yg selalu berbuat dosa [QS. At-Taubah : 64-66].[2] Semoga Allah ta’ala tidak memperbanyak orang-orang seperti Anda. Dan yg lebih penting lagi, semoga Allah ta’ala memberi petunjuk kepada Anda dan para pengikut Anda.Wallaahul-musta’aan. [abul-jauzaa’ - kantor P3E, 28 Dzulqa’dah 1436/12092015 - 13:03].[1] Maksudnya mereka memotongnya kelebihan jenggot di bawah genggaman tangan saat haji dan ‘umrah sebagaimana riwayat Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa, wallaahu a’lam.[2] Abu Bakr Al-Jashshaash rahimahullah berkata :
فيه الدلالة على أن اللاعب والجاد سواء في إظهار كلمة الكفر على غير وجه الإكراه. لأن هؤلاء المنافقين ذكروا أنهم قالوا ما قالوه لعبا، فأخبر الله عن كفرهم باللعب بذلك. وروى الحسن وقتادة أنهم قالوا في غزوة تبوك: أيرجو هذا الرجل أن يفتح قصور الشام وحصونها!! هيهات هيهات. فأطلع الله نبيه على ذلك. فأخبر أن هذا القول كفر منهم على أي وجه قالوا من جِد أو هزل، فدل على استواء حكم الجاد والهازل في إظهار كلمة الكفر. ودل ـ أيضا ـ على أن الاستهزاء بآيات الله، أو بشيء من شرائع دينه: كفر من فاعله Pada ayat tersebut terdapat dalil bahwa seseorang yg bermain-main / sungguh-sungguh adlh sama kedudukannya dlm hal mengeluarkan kalimat kufur yg dilakukan dgn sengaja. Orang-orang munafik tersebut mengatakan bahwa mereka mengatakan perkataan itu hanya main-main saja. Maka Allah mengkhabarkan (kepada Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam) akan kekafiran mereka atas sebab hal itu. Al-Hasan dan Qatadah meriwayatkan bahwasannya mereka (kaum munafiq) berkata dlm peperangan Tabuk : Apakah laki-laki ni (yaitu Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam) berangan-angan untk membuka istana-istana Syaam beserta benteng-bentengnya ?! Sungguh sangat jauh khayalan ini. Maka Allah menampakkan perkataan mereka kepada Nabi-Nya. Allah mengkhabarkan bahwasannya perkataan mereka itu adlh tanda kekufuran mereka, baik itu serius / main-main saja. Ini menunjukkan bahwa dlm mengeluarkan ucapan-ucapan kufur baik serius / main-main itu hukumnya sama. Juga menunjukkan bahwa mengolok-olok ayat-ayat Allah / satu bagian dari syari’at agama-Nya adlh kekufuran bagi si pelaku [Ahkaamul-Qur’an, 3/142].
other source : http://bbc.co.uk, http://wikipedia.org, http://abul-jauzaa.blogspot.com
0 Response to "Tragedi Banyolan Pak Kiyai - Syi'ah"
Post a Comment