ro2blog.blogspot.com - Sudah dilihat
kali.
Bismillah,
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, keluarganya, para shahabatnya dan orang-orang yg mengikuti beliau dgn baik hingga akhir zaman.
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa pd hari kiamat kelak manusia akan ditanya tentang ilmu yg mereka dapatkan. Untuk apa ilmu tersebut? Dari Abu Barzah Al Aslami radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pd hari kiamat hingga mereka ditanya tentang empat hal...(dan Nabi menyebutkan diantaranya adalah) tentang ilmunya untk apa ia pergunakan?[1]
Abu Darda’ berkata, Sesungguhnya hal yg paling aku takutkan pd hari kiamat adlh ketika Rabb ku memanggilku di hadapan seluruh makhluk, kemudian Dia berkata, ’Wahai ‘Uwaimir (nama asli Abu Darda’, pent.)! Apa yg engkau amalkan dari ilmu yg telah engkau ketahui?’
Hal ni adlh perkara yg besar, kengerian dan kekhawatiran yg besar, karena tiap ilmu yg didapat oleh seorang hamba akan ditanya pd hari kiamat: Ilmu mu diamalkan untk apa? Sesungguhnya maksud dari ilmu adlh untk diamalkan, maka tiap manusia akan ditanya untk apa ilmunya.
Dari riwayat salaf lainnya, Seandainya aku selamat dari ilmu (ilmu yg telah beliau pelajari, pent.), maka impas lah, tak menguntungkanku dan tak pula membahayakanku. Hal ni menunjukkan sangat wara’ (sikap hati-hati, pent.) nya para salaf dan betapa takutnya mereka meskipun mereka memiliki ilmu dan amal yg baik. Sebagaimana perkataan Al Hasan Al Bashri rahimahullah, Sesungguhnya seorang mukmin mengumpulkan di antara kebaikan dan rasa takut (akan amalan yg tak diterima) dan orang munafiq mengumpulkan di antara jeleknya beramal (dosa) dan banyaknya angan-angan. Juga perkataan ‘Abdullah bin Abi Mulaikah rahimahullah, Aku menjumpai lebih dari 30 shahabat dan mereka semua takut diri mereka terjangkit kemunafiqan.[2]
Maka Allah mengumpulkan mereka di antara kedudukan yg agung, yaitu kebaikan dlm beramal dan sebaik-baik dlm keta’atan. Dan sekaligus rasa takut mereka kepada Allah seandainya amalan mereka diterima / tidak. Allah Ta’ala berfirman, Dan mereka yg memberikan apa yg mereka berikan dgn hati penuh rasa takut dan yakin bahwa sesungguhnya hanya kepada Rabb mereka akan kembali.[3]
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini, apakah mereka adlh peminum khamr / pezina / pencuri? Maka beliau menjawab, ‘Tidak wahai putri Abu Bakr Ash-Shiddiq, akan tetapi mereka adlh orang yg puasa, shalat, bersedekah tapi takut amal mereka tersebut tak diterima, mereka adlh orang-orang yg bersegera dlm kebaikan’.[4]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, Dan ketika Ibrahim meninggikan pondasi dari Baitullah bersama Ismail dan seraya berdoa ‘Wahai Rabb kami terimalah amalan kami’.[5] Wuhaib bin Warad rahimahullah ketika membaca ayat ni dan beliau menangis, ia berkata, Wahai Khalilurrahman! Engkau meninggikan Baiturrahman tapi engkau khawatir jika amalan engkau tak diterima.[6]
["Tsamaratul ‘Ilmi", karya Syaikh Abdurrozak bin Abdul Muhsin, dgn sedikit perubahan redaksi]
***
Sebuah faedah yg penting bagi para penuntut ilmu dimana memiliki kewajiban untk mengamalkan ilmunya. Karena sebelum mendakwahkannya, kita hendaknya mengamalkannya terlebih dahulu. Bagaimana kita bisa mengajak seseorang ke jalan kebenaran, tapi kita sendiri tak mengamalkannya?
Perlu diingat, ilmu bukanlah hanya sekedar hiasan di lisan dan banyaknya hapalan, tapi rasa takut kita kepada Allah Ta’ala. Semakin tinggi kadar ilmu seseorang, maka semakin tinggi pula kadar rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, Sesungguhnya yg paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ‘ulama (orang yg berilmu).[7]
Lupakah kita terdapat ancaman bagi orang yg tak mengamalkan ilmunya? Allah Ta’ala berfirman, Wahai orang-orang yg beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yg tak kamu kerjakan? Itu sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yg tak kamu kerjakan[8]
Coba kita lihat para salaf dimana mereka memiliki keutamaan yg lebih dibanding kita, tetapi mereka masih khawatir dan takut, apakah amalan mereka diterima / tidak. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Mereka para salaf lebih berharap agar amalan-amalan mereka diterima daripada banyak beramal.
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, Tidaklah sampai kepadaku satu hadits dari Rasulullah, kecuali aku telah mengamalkannya. ‘Amr bin Qois rahimahullah berkata, Jika telah sampai suatu hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka amalkanlah meskipun hanya sekali dlm hidupmu sehingga engkau termasuk orang yg mengamalkannya.[9]
Lihatlah semangat para salaf dlm mengamalkan ilmu, mereka bersemangat dan bersegera dlm mengamalkan ilmu, sudah sepantasnya kita merenungi apakah kita termasuk orang yg memperhatikan amal, / lalai dlm beramal. Dan jangan sampai kita termasuk orang yg sibuk menasehati orang lain, tapi melupakan diri sendiri. Ibarat lilin yg menerangi di sekitarnya, tapi membakar dirinya sendiri.
Segala puji bagi Allah. Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada ilah yg berhak diibadahi dgn benar selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.Wallahu a'lam

__________FooteNote :[1] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2418), dan beliau berkata : Hasan Shahih[2] Shahih Al-Bukhari secara Mu’allaq dlm Bab Takutnya Mukmin Akan Terhapusnya Amal Sedangkan Dia Tidak Mengetahuinya (1/110, dlm Fathul Bari)[3] Al-Mukminun ayat 60[4] Riwayat At-Tirmidzi No. 3175[5] Al-Baqarah ayat 127[6] Riwayat Ibnu Abi Hatim dlm tafsirnya (1/233)[7] Fathir ayat 28[8] Ash-Shaf ayat 2-3[9] Tsamaratul ‘Ilmi, Syaikh Abdurrozak, hal.27
Penulis : Wiwit Hardi Priyanto (Abul Aswad)Sumber : http://aboeaswad.wordpress.com/2010/12/11/sudahkah-kau-amalkan-ilmu-mu/#_ftn1

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, keluarganya, para shahabatnya dan orang-orang yg mengikuti beliau dgn baik hingga akhir zaman.
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa pd hari kiamat kelak manusia akan ditanya tentang ilmu yg mereka dapatkan. Untuk apa ilmu tersebut? Dari Abu Barzah Al Aslami radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pd hari kiamat hingga mereka ditanya tentang empat hal...(dan Nabi menyebutkan diantaranya adalah) tentang ilmunya untk apa ia pergunakan?[1]
Abu Darda’ berkata, Sesungguhnya hal yg paling aku takutkan pd hari kiamat adlh ketika Rabb ku memanggilku di hadapan seluruh makhluk, kemudian Dia berkata, ’Wahai ‘Uwaimir (nama asli Abu Darda’, pent.)! Apa yg engkau amalkan dari ilmu yg telah engkau ketahui?’
Hal ni adlh perkara yg besar, kengerian dan kekhawatiran yg besar, karena tiap ilmu yg didapat oleh seorang hamba akan ditanya pd hari kiamat: Ilmu mu diamalkan untk apa? Sesungguhnya maksud dari ilmu adlh untk diamalkan, maka tiap manusia akan ditanya untk apa ilmunya.
Dari riwayat salaf lainnya, Seandainya aku selamat dari ilmu (ilmu yg telah beliau pelajari, pent.), maka impas lah, tak menguntungkanku dan tak pula membahayakanku. Hal ni menunjukkan sangat wara’ (sikap hati-hati, pent.) nya para salaf dan betapa takutnya mereka meskipun mereka memiliki ilmu dan amal yg baik. Sebagaimana perkataan Al Hasan Al Bashri rahimahullah, Sesungguhnya seorang mukmin mengumpulkan di antara kebaikan dan rasa takut (akan amalan yg tak diterima) dan orang munafiq mengumpulkan di antara jeleknya beramal (dosa) dan banyaknya angan-angan. Juga perkataan ‘Abdullah bin Abi Mulaikah rahimahullah, Aku menjumpai lebih dari 30 shahabat dan mereka semua takut diri mereka terjangkit kemunafiqan.[2]
Maka Allah mengumpulkan mereka di antara kedudukan yg agung, yaitu kebaikan dlm beramal dan sebaik-baik dlm keta’atan. Dan sekaligus rasa takut mereka kepada Allah seandainya amalan mereka diterima / tidak. Allah Ta’ala berfirman, Dan mereka yg memberikan apa yg mereka berikan dgn hati penuh rasa takut dan yakin bahwa sesungguhnya hanya kepada Rabb mereka akan kembali.[3]
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini, apakah mereka adlh peminum khamr / pezina / pencuri? Maka beliau menjawab, ‘Tidak wahai putri Abu Bakr Ash-Shiddiq, akan tetapi mereka adlh orang yg puasa, shalat, bersedekah tapi takut amal mereka tersebut tak diterima, mereka adlh orang-orang yg bersegera dlm kebaikan’.[4]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, Dan ketika Ibrahim meninggikan pondasi dari Baitullah bersama Ismail dan seraya berdoa ‘Wahai Rabb kami terimalah amalan kami’.[5] Wuhaib bin Warad rahimahullah ketika membaca ayat ni dan beliau menangis, ia berkata, Wahai Khalilurrahman! Engkau meninggikan Baiturrahman tapi engkau khawatir jika amalan engkau tak diterima.[6]
["Tsamaratul ‘Ilmi", karya Syaikh Abdurrozak bin Abdul Muhsin, dgn sedikit perubahan redaksi]
***
Sebuah faedah yg penting bagi para penuntut ilmu dimana memiliki kewajiban untk mengamalkan ilmunya. Karena sebelum mendakwahkannya, kita hendaknya mengamalkannya terlebih dahulu. Bagaimana kita bisa mengajak seseorang ke jalan kebenaran, tapi kita sendiri tak mengamalkannya?
Perlu diingat, ilmu bukanlah hanya sekedar hiasan di lisan dan banyaknya hapalan, tapi rasa takut kita kepada Allah Ta’ala. Semakin tinggi kadar ilmu seseorang, maka semakin tinggi pula kadar rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, Sesungguhnya yg paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ‘ulama (orang yg berilmu).[7]
Lupakah kita terdapat ancaman bagi orang yg tak mengamalkan ilmunya? Allah Ta’ala berfirman, Wahai orang-orang yg beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yg tak kamu kerjakan? Itu sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yg tak kamu kerjakan[8]
Coba kita lihat para salaf dimana mereka memiliki keutamaan yg lebih dibanding kita, tetapi mereka masih khawatir dan takut, apakah amalan mereka diterima / tidak. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Mereka para salaf lebih berharap agar amalan-amalan mereka diterima daripada banyak beramal.
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, Tidaklah sampai kepadaku satu hadits dari Rasulullah, kecuali aku telah mengamalkannya. ‘Amr bin Qois rahimahullah berkata, Jika telah sampai suatu hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka amalkanlah meskipun hanya sekali dlm hidupmu sehingga engkau termasuk orang yg mengamalkannya.[9]
Lihatlah semangat para salaf dlm mengamalkan ilmu, mereka bersemangat dan bersegera dlm mengamalkan ilmu, sudah sepantasnya kita merenungi apakah kita termasuk orang yg memperhatikan amal, / lalai dlm beramal. Dan jangan sampai kita termasuk orang yg sibuk menasehati orang lain, tapi melupakan diri sendiri. Ibarat lilin yg menerangi di sekitarnya, tapi membakar dirinya sendiri.
Segala puji bagi Allah. Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada ilah yg berhak diibadahi dgn benar selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.Wallahu a'lam

__________FooteNote :[1] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2418), dan beliau berkata : Hasan Shahih[2] Shahih Al-Bukhari secara Mu’allaq dlm Bab Takutnya Mukmin Akan Terhapusnya Amal Sedangkan Dia Tidak Mengetahuinya (1/110, dlm Fathul Bari)[3] Al-Mukminun ayat 60[4] Riwayat At-Tirmidzi No. 3175[5] Al-Baqarah ayat 127[6] Riwayat Ibnu Abi Hatim dlm tafsirnya (1/233)[7] Fathir ayat 28[8] Ash-Shaf ayat 2-3[9] Tsamaratul ‘Ilmi, Syaikh Abdurrozak, hal.27
Penulis : Wiwit Hardi Priyanto (Abul Aswad)Sumber : http://aboeaswad.wordpress.com/2010/12/11/sudahkah-kau-amalkan-ilmu-mu/#_ftn1
other source : http://wikipedia.org, http://abuayaz.blogspot.com, http://instagram.com
0 Response to "SUDAHKAH KAU AMALKAN ILMU MU? - Al Qur'an"
Post a Comment