
Tanaman ni oleh masyarakat setempat dikenal dgn nama Brambang Procot, tanaman ni menjadi magnet baru berupa taman bunga ala Eropa. Bunga bunga bermekaran dgn sangat cantik dan indahnya, paling tak memang benar benar indah sebelum taman ni diserbu ribuan pengunjung yg dgn noraknya menginjak injak taman bunga hanya untk selfie.

Pak Sukardi pd tahun 2006 mulai membudidayakan Brambang Procot / yg sekarang lebih terkenal dgn nama bunga Amarylis. Bunga yg indah ni awalnya dianggap pengganggu karena mengurangi nutrisi tanaman milik para petani, hingga membuat gagal panen.

Bunga yg awalnya ditanam di tegalan depan rumahnya perlahan mulai meluas dan puncaknya adlh hari selasa kemarin (24/11) dgn keindahan yg sangat luar biasa menghipnotis ribuan orang. Foto foto taman bunga ni tersebar luas di media sosial dan membuat banyak orang terik untk mendatangi tempat ini.

Efek berantai dari berbagai foto di media sosial ni membuat orang datang berkunjung ke tempat ini. Jumat kemarin (26/11) sebanyak 1, 500 orang datang ke tempat ni dan melakukan beragam kebodohan yg menyebabkan keindahan tempat ni sirna seketika.
Salah seorang netizen bahkan dgn berani mengatakan
Gue foto disini, masalah? bodo amat, suka suka gue dongMengapa dikatakan kebodohan? Mereka melakukan selfie di tengah tengah taman bunga, padahal sudah jelas jelas ada peringatan akan larangan menginjak bunga. Sepertinya papan larangan ni hanya sekedar hiasan bagi mereka.
Ngurus hidup sendiri aja belum tentu bisa, sok ngurus bunga yg layu di kebun.

Para pengunjung ni datang berdesakan, menginjak, menindih, merusak tampa ampun baik mereka sengaja ataupun tak sengaja demi sebuah foto selfie cantik yg menandakan kalau mereka pernah kesini. Apakah ni perilaku orang yg berbudaya?

Pak Sukardi tak berdaya untk mencegah semuanya. Apakah mereka tak bisa membayangkan bagaimana upaya dan kerja keras Pak Sukardi untk membudidayakan tanaman Amarylis ni hingga menjadi sebanyak itu? Ia hanya bisa pasrah melihat kebunnya terkoyak koyak dan hancur. Para pengunjung itu sepertinya lebih peduli akan selfie cantik mereka daripada bunga bunga yg cantik itu. Hati dan jiwa besar Pak Sukardi Tapi Pak Sukardi dgn luar biasa masih meminta maaf melalui pengeras suara kalau panorama nya sudah tak seindah beberapa hari yg lalu.
Benar benar mengejutkan dan diluar dugaan, walaupun hatinya menangis melihat kebun halaman rumahnya hancur berantakan, ia masih menghargai tamunya. Pertanyaannya bagaimana empati dari pihak pengunjung?

Pak Sukardi tak menyalahkan siapapun, karena memang ia sama sekali tak menduga hal ni sebelumnya, ia tak mendesain kebun ni sebagai tempat wisata jadi akses dan kelengkapan memang tak memadai. Ia hanya menanam dan membudidayakan bunga Amarylis ni karena ia mencintai keindahan dan panorama bunga ini.
Ia tak siap dgn wisatawan dadakan yg mencapai ribuan.
Ia tak mengharapkan apapun dari kejadian ini, ia hanya berharap ada kepedulian untk perawatan kebunnya ni dgn meletakkan sebuah kotak sumbangan sukarela di depan pintu masuk. Tapi apa yg terjadi?

Padahal bunga-bunga indah tersebut hanya mekar setahun sekali, di awal musim hujan. Ketika mekar mereka akan bertahan selama ± 10 hari saja. Orang orang cuek dan tanpa dosa masuk begitu saja ke tempat itu, tak memikirkan betapa susahnya Pak Sukardi merawat kebun bunga ini. Sekarang Pak Sukadi berencana mengembangkan kebunnya menjadi salah satu destinasi wisata Gunungkidul yg memang sedang jadi primadona.
MY TRIP MY ADVENTURE ?
BOLEH EKSIS TAPI JANGAN NGAWUR !
BERBAGI ITU MUDAH, SEBARKAN KESEMUA ANAK MUDA YANG MASIH LABIL AGAR TIDAK SEMENA-MENA BERBUAT SESUKA HATINYA DENGAN MENGHANCURKAN TANAMAN ALAM !
sumber : hello-pet.com
other source : http://youtube.com, http://tolongbagikan.blogspot.com, http://viva.co.id
0 Response to "Demi Eksistensi di Medsos, Kebun Bunga Amaryllis Hancur - islami"
Post a Comment