ro2blog.blogspot.com - Pesantren adlh sebuah lembaga pendidikan Islam yg berfungsi memelihara, melestarikan, mengembangkan, dan menyiarkan ajaran Islam, dgn kiai sebagai tokoh utamanya dan masjid sebagai pusat lembaganya.
Melacak asal-usul pesantren memang agak sulit. Tidak ada data yg jelas mengenai awal mula pesantren. Ada yg berpendapat bahwa pesantren pertama adlh Jan Tampes 2 di Pamekasan, Madura, yg didirikan pd tahun 1062. Tetapi, anggapan ni jelas saja sedikit ngawur. Jika begitu, berarti ada Jan Tampes 1, dan itu pasti lebih dahulu keberadaannya.
Ada lagi yg berpendapat bahwa Raden Rahmat (Sunan Ampel) adlh pendiri pesantren yg pertama kali yaitu di Ngampel Denta, Surabaya. Awalnya, Sunan Ampel mendirikan masjid dan asrama sebagai tempat ia mengajarkan ilmu kepada beberapa murid. Dari asrama inilah akhirnya berkembang menjadi pondok pesantren.
Pendapat di atas dibantah lagi, setidaknya oleh Aminoto Sa’doellah. Menurutnya, ada beberapa hal yg perlu dicatat. Pertama, sebelum Islam masuk pulau Jawa, sudah muncul banyak padepokan yg mirip pesantren, yg dijadikan tempat berkumpulnya rakyat (kawula) menimba ilmu dari para begawan dan resi.
Kedua, mengutip CC Berg, pesantren yg berasal dari kata santri berasal dari bahasa Sanskerta shastri yg artinya orang yg tahu kitab suci. Hal ni artinya, sebelum Raden Rahmat masuk ke Pulau Jawa, sudah ada para begawan yg menjadi maha guru kala itu.
Ketiga, kata santri jg bisa berasal dari kata cantrik, yg artinya orang yg menima ilmu dgn mengabdi pd begawan dan resi. Hal ni pula menunjukkan bahwa tradisi pesantren telah ada sebelum masa Raden Rahmat.
Terlepas dari berbagai pendapat di atas, yg jelas, perkembangan pesantren di Indonesia sangat baik. Ratusan pesantren telah berdiri dan menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Setiap wilayah di Indonesia, hampir bisa ditemukan adanya pesantren. Corak dan gaya pendidikannya pun makin modern.
Salah satu pesantren yg menerapkan sarana modern adlh Pesantren Mahasiswa (Pesma) Al-Hikam, Malang. Bahkan, Al-Hikam adlh pesantren yg pertama kali menerapkan Warung Informasi dan Teknologi (Warintek) di lingkungan pesantren, yg peresmiannya dilakukan oleh Menristek Prof Dr Kusmayanto Kadiman.
Sedang, pesantren Darussalam, Ciamis adlh pesantren pertama kali yg memiliki MAPK (Madrasah Aliyah Program Khusus). Madrasah ni merupakan pogram Departemen Agama untk mencetak kader-kader yg tak saja mampu menguasai bidang ilmu-ilmu agama, tapi jg ilmu-ilmu umum. Masih banyak lagi pesantren-pesantren di Indonesia yg memiliki kekhususan tertentu. Misalnya, pesantren Gontor yg terkenal dgn kemampuan santrinya dlm bahasa Arab dan Inggris. Sebab, tiap hari santri diharuskan berbicara dgn kedua bahasa tersebut.
Pesantren, yg di Minangkabau disebut surau, di Madura disebut penyantren, di Jawa Barat disebut pondok, dan di Aceh dikenal sebagai rangkang, paling tak mempunyai tujuh ciri penting yg sekaligus merupakan elemen dasarnya, yaitu:
Pertama, pondok. Ia merupakan asrama khusus yg sederhana, tempat tinggal para santri, terutama santri mukim dan santri kelana. Biasanya bangunan ni terdiri dari bilik-bilik / petakan-petakan yg didirikan di dlm komplek pesantren itu sendiri.
Kedua, masjid. Ia adlh tempat melangsungkan aneka kegiatan, baik yg bersifat keagamaan maupun yg sifatnya umum: pengajaran, pendidikan, tempat pertemuan, aktivitas budaya dan administrasi, latihan pidato, mengaji al-Qur’an, dan sebagainya. Jadi, masjid bukan untk shalat belaka.
Ketiga, pengajaran kitab-kitab Islam klasik / kitab kuning. Tujuan utamanya adlh mendidik calon-calon ulama yg memahami dan menguasai benar ilmu-ilmu keagamaan tradisional seperti tafsir, hadits, fiqh, nahwu sharaf, tauhid, tasawuf, tarikh Islam dan sebagainya.
Keempat, santri (murid). Santri ni bisa berasal dari daerah yg cukup jauh sehingga harus mondok / menetap di asrama-asrama yg disediakan (santri mukim) maupun yg datang dari lingkungan sekitar pesantren itu sendiri yg biasanya tak menetap di pondok melainkan hanya bolak-balik tiap hari belajar (santri kalong). Selain itu, ada lagi yg disebut santri kelana yg mencari ilmu dgn mengembara dan berguru dari satu kiai / pesantren ke kiai / pesantren lain.
Kelima, kiayi. Ia biasanya tokoh pendiri, sekaligus sebagai sumber / pemegang kekuasaan dan kewenangan dlm lingkungan kehidupan pesantren. Ia dpt memberi bimbingan / keputusan dlm berbagai hal, baik yg bersifat keagamaan, kemasyarakatan, aktivitas sehari-hari, maupun yg sifatnya lebih kompleks.
Keenam, sistem pengajaran yg khas, ada dua yakni: sistem sorogan yg bersifat individual: santri menghadap kiai, seorang demi seorang, dgn membawa kitab yg akan dipelajarinya, yg kemudian disodorkan kepada kiai. Lalu, si santri pun diajari dan dibimbing bagaimana cara membacanya, menghafalkannya, / lebih jauh lagi menerjemahkannya / menafsirkannya. Semua itu dilakukan sementara santri menyimak penuh perhatian dan ngesahi (mensahkan) dgn memberi catatan pd kitabnya, / mensahkan bahwa ilmu itu telah diberikan kepadanya.
Lalu sistem weton (balaghan: metode kuliah) yg bersifat kolektif / berkelompok dlm kelas-kelas. Yaitu kiai, di hadapan santri-santrinya yg memegang kitabnya masing-masing, membacakan kata per kata, kalimat demi kalimat, lalu menerjemahkannya, menerangkan demi kalimat, lalu menerjemahkannya, menerangkan arti / menjelaskan maksudnya, sementara para santri hanya mengikuti, mendengar / menyimak kitabnya sendiri-sendiri sembari mencatat / menandai dgn kode tertentu pd kertas / buku catatannya. Di Jawa Barat, metode ni disebut bandungan, / bandongan (Jawa Tengah), / halaqah (di Sumatra).
Ketujuh, tujuan utama pendidikannya yg lebih bersifat spiritual ketimbang material. Pak Kiayi melalui pesantrennya tak pernah memasang tarif besar kepada para santrinya untk belajar ilmu di sana. Sebab, tujuan pak kiayi bukanlah untk mengeruk keuntungan semata-mata, tapi lebih dari itu, agar santrinya lebih pandai dlm masalah agama. Tujuan duniawi ditepikan oleh pak kiayi, dan lebih mengusung kepentingan akherat.
Demikian beberapa kriteria klasik bisa dikatakan pesantren. Seiring dgn perkembangan mutakhir, kriteria ni bisa saja berubah, misalnya: tak ada pengajaran kitab kuning. Sebab, makin hari keberadaan kitab kuning kian langka. Seorang santri pun semakin malas mempelajari kitab kuning. Mereka lebih tertarik pd kitab non-kuning, yg sering disebut kitab putih. Meski begitu, kita berharap, pesantren dlm bentuk apapun akan tetap ada di Indonesia hingga kapanpun. Amien!
other source : http://imgur.com, http://lintas.me, http://epholic.blogspot.com
0 Response to "[Ensiklopedi] PESANTREN"
Post a Comment