This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Dunia Sosial] Pengancam Tebas Kepala Presiden Jokowi, Dudi Hermawan Mengaku Menyesal?



Pengancam Tebas Kepala Presiden Jokowi, Dudi Hermawan Mengaku Menyesal?

BATAM, Baranews.co - Pemilik akun Facebook Dudi Hermawan membuat heboh jagad dunia maya. Status Dudi tanggal 20 Juli 2014, pukul 23.13 WIB langsung menjadi trending topic. Pasalnya, akun Dudi mengancam akan menebas kepala Presiden Jokowi.

Dudi menulis pesan ancamannya dgn kalimat “Presiden macam manalah kau ini...!! Kerja..Kerjaa..Kerjaaa...Kerjaanmu cuman nonton bioskop ma konser doank ternyata..!! Kalo kau bukan muslim, ku tebas lah kepala kau nich !!...

Kontan status Dudi menuai reaksi keras netizen. Reaksi netizen bak viral yg terus menggelinding menyayangkan status Dudi yg menimbulkan polemik dan keresahan.

Netizen dan relawan Jokowi membaca pesan ancaman Dudi tak main-main. Pesan Dudi jelas dan tegas berisi kebencian dan pengancaman terhadap keselamatan Presiden Jokowi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Buntutnya netizen beramai-ramai membalas ancaman Dudi dgn berusaha mencari dan mengejar Dudi.

Sabtu, 25 Juli 2015, pukul 07.00 WIB, seorang rekan alumni, Yohanes Sidabutar, meminta saya menemui Dudi Hermawan. Dudi adlh teman Yohanes saat kerja di salah satu perusahaan asing di Karimun, Kepri. Yohanes khawatir keselamatan Dudi yg sedang dicari keberadaannya seperti sedang ramai terbaca di lini masa Facebook.

Bersama seorang rekan wartawan Baranews.co.id, Thamrin Pasaribu, saya meluncur ke alamat rumah Dudi Hermawan di bilangan Batam Center, Kepri. Agenda menjemput Boni Hargens di Bandara Hang Nadim terpaksa dibatalkan.

Jam menunjukkan pukul 08.30 WIB. Kami meluncur ke arah Simpang Kabil. Tidak jauh dari Simpang Kabil, nampak pintu gerbang perumahan berwarna putih. Pintu gerbang ni tampak dari pinggir jalan besar Jalan Jenderal Sudirman. Tidak jauh dari gerbang perumahan itu, sekitar 500 meter, nampak rumah bertipe 45 berderet. “Itu rumahnya, di ujung yg terlihat spanduk,“ ujar John, tetangga Dudi Hermawan sambil menunjuk rumah berpagar hitam.

Kami berjalan kaki kira-kira sepelemparan batu saja jaraknya. Rumah berpagar hitam dgn dinding rumah bercat oranye itu tampak sepi dan tertutup rapat. Kami mencoba menelepon nomor handphone Dudi yg kami dpt dari seorang sahabatnya. Clelaka, handphone-nya tak aktif.

Saya mencoba mendongak ke balik pagar, sepertinya ada penghuni. Saya menekan bel di sudut pagar. Seorang pria berkaos hijau, bercelana wearpack biru tua membuka pintu rumah dan berjalan menemui kami. Wajahnya tak asing lagi. Pria berperawakan bongsor, berjambang lebat ni pasti Dudi Hermawan terlihat persis sama dgn fotonya di Facebook.

“Saya Birgaldo Sinaga dan ni Thamrin Pasaribu, boleh kami masuk, Mas,” kata saya. Dudi nampak gugup. Sepertinya dia terkejut dgn kedatangan dua orang tamu yg tak dikenalnya. “Kami wartawan Baranews dan jg relawan Bara JP, relawan Jokowi,” bujuk saya setelah melihat bahasa tubuhnya yg sepertinya enggan membuka pintu. “Oh iya, Pak..mari ..monggo masuk,” balas Dudi dgn gugup.

“Silahkan duduk, Pak, maaf berantakan,” ujar Dudi sambil mempersilahkan kami duduk di teras rumahnya. Di samping teras, ada sebuah kamar praktik dokter umum. “Istri saya membuka praktik dokter, Pak, semua orang boleh berobat, tak dipungut biaya,” ujar Dudi sedikit promosi.

Sebelum menuju rumahnya, kami telah mempersiapkan skenario terburuk. Ancaman akun Facebook Dudi kami tangkap sebagai karakter Dudi yg radikal garis keras. Wajahnya yg berjambang lebat dgn tanda hitam di dahinya sedikit banyak memberi persepsi yg menakutkan bagi kami. Saya memberi kode kepada Thamrin Pasaribu untk bersiap jika ada sesuatu yg tak diharapkan terjadi.

Setelah berbasa-basi sejenak, saya langsung menyampaikan maksud kedatangan kami sebagai relawan Bara JP. “Mas Dudi langsung saja ya, status Anda kemarin telah membuat netizen heboh. Anda sekarang sedang dicari." Banyak orang marah dan tak bisa menerima ancaman Anda terhadap Presiden Jokowi. Anda mengancam akan memenggal kepala Presiden Jokowi. "Sebagai relawan Jokowi, kami ingin mencari tahu dgn berjumpa langsung dgn Anda,” kataku sambil meminta izin wawancara ni boleh direkam.

Dudi menghela napas panjang. Wajahnya pucat. Keringat membasahi keningnya. Ia seperti terkejut dgn kedatangan kami yg menanyakan status akun Facebook-nya. “Pak saya tak menyangka status saya berakibat seperti ini. Keluarga besar saya bahkan sekarang sangat khawatir dgn nasib saya,” ujar Dudi gugup. Keringat mulai mengucur dari keningnya. “Saya kelepasan Pak. Sebenarnya itu respon saya atas peristiwa Tolikara, kok Presiden Jokowi tak merespon kejadian Tolikara. Malah menonton bioskop,” sambung Dudi.

“Tapi publik membaca pesan ancaman Anda sangat serius dan publik marah dgn status Anda,” balas saya.

“Benar, Pak, saya sangat menyesal sekali dgn hal ini,” ujar Dudi. Dudi mengaku membuat status dari hanphone-nya pd tanggal 20 Juli sekitar pukul 23.13 WIB. Pada tanggal 21 Juli 2014 Dudi mengaku di -Inbox oleh teman-temannya untk menghapus statusnya. Sayang Dudi tak bisa log in.

“Terakhir saya lihat ada 35 yg like dan ada 34 komentar. Setelah itu akun saya sepertinya diserang,” ujar Dudi. “Saya terus coba log in berkali-kali, tetapi gagal. Hingga tanggal 23 Juli, saya akhirnya bisa log in dan berhasil menghapus status itu dan menutup akun saya selamanya,” ujar Dudi.

Lalu Dudi menceritakan latar belakang dirinya. Dudi mengaku, saat pilpres dulu dirinya adlh pendukung Jokowi. Saat pilpres 2014, Dudi dan rekan kerjanya Mutiara Sakti Hasibuan di offshore Malaysia mendukung dan mengkampanyekan Jokowi melalui dunia maya.

Dudi kelahiran Banyumas tapi besar bersama bude-nya di Yogyakarta, tepatnya di Jalan Sekip. Dudi menyelesaikan diploma Politeknik Mesin UGM akhir tahun 1998 lalu melanjutkan Strata 1 di Fakultas Teknik Mesin UGM dan tamat tahun 2000. Sebagai sesama alumnus UGM Dudi bangga dgn Jokowi yg jg lulusan Gajah Mada. “Itulah sebabnya saya dulu mendukung Jokowi. Kami sama-sama alumnus Gajah Mada,” kata Dudi, kali ni sambil mengusap keringatnya yg bercucuran.

Tahun 2002, selepas tamat dari UGM, Dudi merantau ke Batam dan bekerja di salah satu perusahaan asing di kawasan Industri Muka Kuning Batam. Lalu tahun 2008 bekerja di pabrik pembuatan ulir pipa di Kabil Batam. Kemudian melompat ke perusahaan industri perminyakan di Malaysia sebagai inspektor. Terakhir dia bekerja di perusahaan minyak di Batu Amparm, Bata. “Sekarang saya nonjob, Pak, tapi saya membuka kursus manajemen perminyakan di rumah,” ujarnya.

“Andai saya bisa bertemu dgn Pak Jokowi saya ingin sekali minta maaf dan sungkem, Pak,” pinta Dudi penuh harap.

Saya menangkap rasa penyesalan mendalam dari mimik wajahnya. Kedua bola matanya mulai memerah dan berkaca-kaca. “Apakah Anda punya jaringan dgn garis keras hingga mensponsori ancaman Anda itu?” sergah saya memotong ucapan penyesalannya. Bisa saja itu cara dia untk bertemu Jokowi lalu membuat skenario buruk seperti status ancamannya.

“Demi Allah Pak, saya sangat menyesal dan minta maaf atas kelepasan dan khilaf saya,” kata Dudi mencoba meyakinkan. “Jika diberikan kesempatan saya ingin sungkem kepada beliau,” ujar Dudi pula.

Dudi bercerita, beberapa hari terakhir dirinya banyak menerima ancaman. Keluarga besarnya bahkan gusar dan khawatir atas keselamatannya. “Saya hanya bisa pasrah saja, Pak. Saya serahkan kepada Allah saja,” ujar Dudi lirih dgn matanya yg semakin berkaca-kaca.

Saya melihat lebih dlm lagi kegelisahan dan ketakutan Dudi. Beberapa kali Dudi terus mengulang kata menyampaikan penyesalan dan rasa maafnya. Dudi sadar perbuatannya telah membawa polemik dan perpecahan bangsa. Dudi menyampaikan permohonan maafnya melalui Bara JP dan berharap peristiwa ni menjadi pelajaran sangat berharga baginya. “Sekarang saya menutup semua akun Facebook, Linked dan Instagram, Pak. Saya tak mau aktif lagi,” ujar Dudi dgn nada sesal.

Apa yg terjadi pd Dudi Hermawan menjadi pelajaran buat kita. UU ITE bisa menjerat Dudi sebagai pelaku karena menggunakan media sosial / media elektronik untk tujuan jahat. Sayangnya, banyak orang tak sadar bahwa ocehannya di media sosial bisa berdampak buruk bagi khalayak ramai. Apalagi ocehan itu bernada ancaman kepada orang nomor satu republik yg merupakan simbol negara.

Sebagai relawan Jokowi, tugas dan tanggung jawab yg di amanatkan Presiden Jokowi kepada relawan adlh menjelaskan dan merangkul semua kelompok masyarakat. Menjelaskan kebijakan pemerintah dgn baik. Kami menganggap apa yg dilakukan Dudi Hermawan jika tak direspon cepat akan menimbulkan polemik dan keresahan. Keresahan yg akan merusak hubungan sesama anak bangsa. Akibatnya bisa memecah belah dan menimbulkan kerugian yg sangat besar. Energi dan waktu mengatasi persoalan-persoalan bangsa dan negara seperti ekonomi dan pembangunan akan habis terkuras. Energi dan konsentrasi kita akan habis jika negara terpecah belah.

Kasus Tolikara menyadarkan kita bahwa persoalan dasar kita berbangsa dan bernegara yaitu hidup harmoni dan toleransi belum sepenuhnya menjadi nafas keseharian kita. Kita memenjara kebaikan dan sifat penuh kasih sayang Tuhan dgn tirai kebencian dan kemarahan. Kita penjarakan sinar kemuliaan dan keagungan Tuhan dgn suara umpatan dan makian kepada sesama anak bangsa hanya karena berbeda dgn kita. Atas nama Tuhan kita mengoyak dan mencabik cabik keteduhan seruan ayat ayat kasihnya dgn menyerang dan mengusir orang yg sedang menghadap Sang Khalik.

Pancasila sebagai dasar negara yg digali Bung Karno dari kearifan leluhur kita menjadi asing bagi kita. Kita terjebak dgn kesalehan relijiusitas seolah-olah kita adlh juru bicara kehendak Allah. Kita secara sepihak mengklaim sebagai pemilik kebenaran dan menganggap yg lain adlh musuh jahat. Musuh besar Sang pencipta.

Dudi Hermawan, dgn kesadaran baru telah menyadarkan kita bahwa emosi yg tak terkendali bisa merusak tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Dudi Hermawan sesungguhnya adlh potret sejati kita. Dudi meskipun seorang ahli teknik perminyakan yg telah banyak pengalaman bekerja di luar negeri ternyata bisa terperosok dgn pola pikir yg emosional yg loss control. Dudi kehilangan akal sehat dlm melihat persoalan Tolikara hingga membuat status yg mengancam keselamatan Presiden Jokowi.

Dengan kesadaran dan keikhlasan, Dudi Hermawan dgn suara yg bergetar dan mata berkaca-kaca meminta maaf dan berharap semua bisa kembali normal dan tenang.

Di ujung pertemuan kami, Dudi menyampaikan terimakasih atas kedatangan Bara JP dan menyampaikan salam sungkem dan maaf tulus kepada Presiden Jokowi. Kami berjabat tangan, tak lupa sang istri mengambil foto pertemuan kami yg penuh kehangatan dan persaudaraan. Pengakuan salah dan permintaan maaf ni semoga bisa memperbaiki kembali jalinan solidaritas kebangsaan kita untk bersatu membawa bangsa lebih maju dan lebih hebat lagi.



Birgaldo Sinaga
Ketua DPD Bara JP Kepri



(sumber)



0 Response to "[Dunia Sosial] Pengancam Tebas Kepala Presiden Jokowi, Dudi Hermawan Mengaku Menyesal?"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *