ro2blog.blogspot.com - Inilah surat yg dikatakan dlm beberapa hadits seperti sepertiga Al Qur’an yaitu surat Al Ikhlash. Pada kesempatan kali ni kita akan sedikit mengupas mengenai surat ini. Pada awalnya kita akan melihat dahulu tafsiran ayat-ayat yg ada pd surat tersebut. Setelah itu kita akan melihat keutamaan surat ini. Terakhir, kita akan mengkaji waktu kapan saja surat Al Ikhlash dibaca. Semoga bermanfaat.
Surah al ikhlas diturunkan di kota Mekah sehingga dikatakan sebagai surat Makiyah. Surat al ikhlas menjadi pusat dlm ajaran substantif Islam yg mengajarkan tentang keesaan Tuhan. Dalam kajian akademis, surat al ikhlas memiliki arti dan makna bahwa ajaran Islam yg dibawa Nabi Muhammad adlh monoteistik (Tuhan esa), bukan politeistik (banyak Tuhan).
Oleh karena itu, arti dan makna surat al ikhlas beserta terjemahannya ni ditulis bertujuan untk mengetahui secara hakiki tentang hakikat, arti dan makna surat al ikhlas agar bisa dimengerti umat Islam. Dengan demikian, tiap kali umat muslim membaca bacaan surat al ikhlas, ia tahu arti beserta makna kandungan surat al ikhlas untk kemudian diresapi di dlm hati dan diamalkan dlm kehidupan sehari-hari.
Allah Ta’ala berfirman, قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4 (yang artinya) : 1. Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. 2. Allah adlh Tuhan yg bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tak pula diperanakkan, 4. dan tak ada seorangpun yg setara dgn Dia.
Pengenalan
Surat ni dinamakan Al Ikhlas karena di dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid. Oleh karena itu, surat ni dinamakan jg Surat Al Asas, Qul Huwallahu Ahad, At Tauhid, Al Iman, dan masih banyak nama lainnya.
Surat ni merupakan surat Makiyyah dan termasuk surat Mufashol. Surat Al Ikhlas ni terdiri dari 4 ayat, surat ke 112, diturunkan setelah surat An Naas. (At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim) Ada dua sebab kenapa surat ni dinamakan Al Ikhlash.Yang pertama, dinamakan Al Ikhlash karena surat ni berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al Ikhlash karena surat ni murni membicarakan tentang Allah.
Perhatikan penjelasan berikut ini.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus Amir bin Tufail kepada Nabi Muhammad SAW, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia berkata: Engkau telah memecahbelahkan keutuhan kami, memaki-maki tuhan kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau kaya kami berikan engkau harta dan jika engkau gila akan kami obati. Jika engkau wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya. Rasulullah SAW menjawab: لست بفقير ولا مجنون ولا هويت امرأة أنا رسول الله أدعوكم من عبادة الأصنام إلى عبادته. فأرسلوه ثانية وقالوا: قل له بين لنا جنس معبودك. امن ذهب أو من فضة؟ فأنزل الله هذه السورة
Aku tak miskin, tak gila, tak ingin kepada wanita. Aku adlh Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Allah Yang Maha Esa, kemudian mereka mengutus utusannya yg kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada kami macam Tuhan yg engkau sembah itu. Apakah Dia dari emas / perak?, lalu Allah menurunkan surah ini. (HR. Dahhak)
Surat ni turun sebagai jawaban kepada orang musyrik yg menanyakan pd Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Sebutkan nasab / sifat Rabbmu pd kami?’. Maka Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Katakanlah kepada yg menanyakan tadi, ... [lalu disebutkanlah surat ini]’(Aysarut Tafasir, 1502). Juga ada yg mengatakan bahwa surat ni turun sebagai jawaban pertanyaan dari orang-orang Yahudi (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim, Tafsir Juz ‘Amma 292). Namun, Syaikh Muqbil mengatakan bahwa asbabun nuzul yg disebutkan di atas berasal dari riwayat yg dho’if (lemah) sebagaimana disebutkan dlm Shohih Al Musnad min Asbab An Nuzul. Saatnya memahami tafsiran tiap ayat.
Tafsir Ayat Pertama
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) 1. Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Kata (قُلْ) -artinya katakanlah-. Perintah ni ditujukan kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan jg umatnya. Al Qurtubhi mengatakan bahwa (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) maknanya adlh : الوَاحِدُ الوِتْرُ، الَّذِي لَا شَبِيْهَ لَهُ، وَلَا نَظِيْرَ وَلَا صَاحَبَةَ، وَلَا وَلَد وَلَا شَرِيْكَ Al Wahid Al Witr (Maha Esa), tak ada yg serupa dengan-Nya, tak ada yg sebanding dengan-Nya, tak memiliki istri ataupun anak, dan tak ada sekutu baginya. Asal kata dari (أَحَدٌ) adlh (وَحْدٌ), sebelumnya diawali dgn huruf ‘waw’ kemudian diganti ‘hamzah’. (Al Jaami’ liahkamil Qur’an, Adhwaul Bayan)
Tafsir Ayat Kedua اللَّهُ الصَّمَدُ (2) 2. Allah adlh Tuhan yg bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Ibnul Jauziy dlm Zaadul Masiir mengatakan bahwa makna Ash Shomad ada empat pendapat: Pertama, Ash Shomad bermakna: أنه السيِّد الذي يُصْمَدُ إليه في الحوائج Allah adlh As Sayid (penghulu), tempat makhluk menyandarkan segala hajat pada-Nya. Kedua, Ash Shomad bermakna: أنه الذي لا جوف له Allah tak memiliki rongga (perut). Ketiga, Ash Shomad bermakna: أنه الدائم Allah itu Maha Kekal. Keempat, Ash Shomad bermakna: الباقي بعد فناء الخلق Allah itu tetap kekal setelah para makhluk binasa. Dalam Tafsir Al Qur’an Al Azhim (Tafsir Ibnu Katsir) disebutkan beberapa perkataan ahli tafsir yakni sebagai berikut. Dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksud ayat ni adlh : الَّذِي يَصْمُدُ الخَلَائِقُ إِلَيْهِ فِي حَوَائِجِهِمْ وَمَسَائِلِهِمْ Seluruh makhluk bersandar/bergantung kepada-Nya dlm segala kebutuhan maupun permasalahan. Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu Abbas mengatakan mengenai (اللَّهُ الصَّمَدُ) : هو السيد الذي قد كمل في سؤدده، والشريف الذي قد كمل في شرفه، والعظيم الذي قد كمل في عظمته، والحليم الذي قد كمل في حلمه، والعليم الذي قد كمل في علمه، والحكيم الذي قد كمل في حكمته وهو الذي قد كمل في أنواع الشرف والسؤدد، وهو الله سبحانه، هذه صفته لا تنبغي إلا له، ليس له كفء، وليس كمثله شيء، سبحان الله الواحد القهار.
Dia-lah As Sayyid (Pemimpin) yg kekuasaan-Nya sempurna. Dia-lah Asy Syarif (Maha Mulia) yg kemuliaan-Nya sempurna. Dia-lah Al ‘Azhim (Maha Agung) yg keagungan-Nya sempurna. Dia-lah Al Halim (Maha Pemurah) yg kemurahan-Nya itu sempurna. Dia-lah Al ‘Alim (Maha Mengetahui) yg ilmu-Nya itu sempurna. Dia-lah Al Hakim (Maha Bijaksana) yg sempurna dlm hikmah (atau hukum-Nya). Allah-lah -Yang Maha Suci- yg Maha Sempurna dlm segala kemuliaan dan kekuasaan. Sifat-Nya ni tak pantas kecuali bagi-Nya, tak ada yg setara dengan-Nya, tak ada yg semisal dengan-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Al A’masy mengatakan dari Syaqiq dari Abi Wa’il bahwa Ash Shomad bermakna: { الصَّمَدُ } السيد الذي قد انتهى سؤدده Pemimpin yg paling tinggi kekuasaan-Nya. Begitu jg diriwayatkan dari ’Ashim dari Abi Wa’il dari Ibnu Mas’ud semacam itu. Malik mengatakan dari Zaid bin Aslam, Ash Shomad adlh As Sayyid (Pemimpin). Al Hasan dan Qotadah mengatakan bahwa Ash Shomad adlh (الباقي بعد خلقه) Yang Maha Kekal setelah makhluk-Nya (binasa). Al Hasan jg mengatakan bahwa Ash Shomad adlh الحي القيوم الذي لا زوال له Yang Maha Hidup dan Quyyum (mengurusi dirinya dan makhlukNya) dan tak mungkin binasa. ’Ikrimah mengatakan bahwa Ash Shomad adlh yg tak mengeluarkan sesuatupun dari-Nya (semisal anak) dan tak makan. Ar Robi’ bin Anas mengatakan bahwa Ash Shomad adlh (الذي لم يلد ولم يولد) yaitu tak beranak dan tak diperanakkan. Beliau menafsirkan ayat ni dgn ayat sesudahnya dan ni tafsiran yg sangat bagus. Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Sa’id bin Al Musayyib, Mujahid, Abdullah bin Buraidah, ’Ikrimah, Sa’id bin Jubair, ’Atho’ bin Abi Robbah, ’Athiyyah Al ’Awfiy,
Adh Dhohak dan As Sudi mengatakan bahwa Ash Shomad adlh (لا جوف له) yaitu tak memiliki rongga (perut). Al Hafizh Abul Qosim Ath Thobroni dlm kitab Sunnahnya -setelah menyebut berbagai pendapat di atas tentang tafsir Ash Shomad- berkata, Semua makna ni adlh shohih (benar). Sifat tersebut merupakan sifat Rabb kita ’Azza wa Jalla. Dia-lah tempat bersandar dan bergantung dlm segala kebutuhan. Dia-lah yg paling tinggi kekuasaan-Nya. Dia-lah Ash Shomad tak ada yg berasal dari-Nya. Allah tak butuh makan dan minum. Dia tetap kekal setelah para makhluk-Nya binasa. Baihaqi jg menjelaskan yg demikian. (Diringkas dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim) Tafsir Ayat Ketiga لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) 3. Dia tiada beranak dan tak pula diperanakkan, Kalimat (لَمْ يَلِدْ) sebagaimana dikatakan Maqotil, Tidak beranak kemudian mendapat warisan. Kalimat (وَلَمْ يُولَدْ) maksudnya adlh tak disekutui. Demikian karena orang-orang musyrik Arab mengatakan bahwa Malaikat adlh anak perempuan Allah . Kaum Yahudi mengatakan bahwa ’Uzair adlh anak Allah. Sedangkan Nashoro mengatakan bahwa Al Masih (Isa, pen) adlh anak Allah. Dalam ayat ini, Allah meniadakan itu semua. (Zadul Masiir)
Dalam ayat ni Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Ayat ni jg menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yg mengatakan bahwa malaikat-malaikat adlh anak-anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa Isa anak laki-laki Allah.
Dalam ayat lain yg sama artinya Allah berfirman:
فاستفتهم ألربك البنات ولهم البنون أم خلقنا الملائكة إناثا وهم شاهدون ألا إنهم من إفكهم ليقولون ولد الله وإنهم لكاذبون
"Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah) Apakah untk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untk mereka anak-anak laki-laki, / apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dgn kebohongannya benar-benar mengatakan: Allah beranak. Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yg berdusta." (Q.S. As Saffat: 149-152).
Dan Dia tak beranak, tak pula diperanakkan. Dengan demikian Dia tak sama dgn makhluk lainnya, Dia berada tak didahului oleh tak ada. Maha suci Allah dari apa yg tersebut. Ibnu ‘Abbas berkata: Dia tak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa A.S. dan tak pula diperanakkan. Ini adlh bantahan terhadap orang-orang Nasrani yg mengatakan Isa Al Masih adlh anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yg mengatakan Uzair adlh anak Allah.
Tafsir Ayat Keempat وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4 4. dan tak ada seorangpun yg setara dgn Dia. Maksudnya adlh tak ada seorang pun sama dlm tiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah meniadakan dari diri-Nya memiliki anak / dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga Allah meniadakan adanya yg semisal dengan-Nya. (Tafsir Juz ‘Amma 293) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan makna ayat: dan tak ada seorangpun yg setara dgn Dia yaitu tak ada yg serupa (setara) dgn Allah dlm nama, sifat, dan perbuatan. Ringkasnya, surat Al Ikhlash ni berisi penjelasan mengenai keesaan Allah serta kesempurnaan nama dan sifat-Nya.
Keutamaan Surah Al-Ikhlas
Surah ni meliputi dasar yg paling penting dari risalah Nabi Muhammad SAW yaitu mentauhidkan Allah SWT dan mensucikanNya serta meletakkan pedoman umum dlm beramal sambil menerangkan amal perbuatan yg baik dan yg jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai dari sejak berbangkit sampai dgn menerima balasanNya berupa pahala dan dosa. Telah diriwayatkan dlm hadis, Bahwa surah ni sebanding dgn sepertiga Alquran, karena barang siapa menyelami artinya dgn bertafakur yg mendalam, niscaya jelaslah kepadanya bahwa semua penjelasan dan keterangan yg terdapat dlm Islam tentang tauhid dan kesucian Allah dari segala macam kekurangan merupakan perincian dari isi surah ini.
Dalam hadis lainnya jg dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa pahala membaca surah Al-Ikhlas sama dgn membaca sepertiga Al-Qur’an sehingga membaca 3x surah Al-Ikhlas sama dgn mengkhatam Al-Qur’an. Kisah terkait hadits itu terekam dlm beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untk mengkhatam Al-Qur’an dlm semalam. Umar menganggap mustahil hal itu, tapi begitu Alimenyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dlm Al-Qur’an sehingga sekali membacanya sama dgn membaca sepertiga Al-Qur’an.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَجُلاً سَمِعَ رَجُلاً يَقْرَأُ #قل هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ # يُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ. رواه البخاري وَزَادَ في رواية : أَنَّ رَجُلاً قَامَ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقْرَأُ مِنْ السَّحَرِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ، لَا يَزِيدُ عَلَيْهَا. فَلَمَّا أَصْبَحْنَا أَتَى الرَّجُلُ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَسَلَّمَ نَحْوَهُ .
Dari Abu Sa'id Al-Khudri Rodhiyallohu 'Anhu (Abu Sa’id al-Khudri berkata) Seseorang sahabat mendengar seorang membaca Qul huwallahu ahad berulang-ulang. Esok paginya sahabat ni datang kepada Nabi dan menceritakan kejadian semalam sambil mempertanyakannya. Rasulullah saw menjawab: "Demi jiwaku yg ada di TanganNya, sesungguhnya surah itu sama dgn sepertiga al-Qur’an.Dalam riwayat al-Bukhari yg lain diceritakan bahwa: Pada zaman Nabi saw seorang sahabat melakukan pengobatan dari pengaruh sihir dgn membaca Qul huwa Allahu Ahad, tanpa menambah nambah. Ketika pagi, sahabat tersebut datang kepada Nabi saw, nabipun menjawab seperti hadis diatas (Demi jiwaku yg ada di Tangannya, sungguh surah itu sama dgn sepertiga al-Qur’an)." Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (hadis no. 4627), Abu Dawud (hadis no. 1244), al-Nasa’i (hadis no. 985) dll. Surah al-Ikhlas adlh surah ke-112
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم لأَصْحَابِهِ : أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَ الْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ ؟ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقَالُوا: أَيُّنَا يُطِيقُ ذَلِكَ يَارَسُولَ اللَّهِ ؟ فَقَالَ :اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُ الْقُرْآنِ رواه البخاري
Dari Abu Sa'id Al-Khudri Rodhiyallohu 'Anhu. Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam Bersabda "Adakah diantara kalian yg tak mampu untk membaca sepertiga al-Qur’an dlm semalam ?. Para sahabatpun merasa keberatan dan berkata: Siapa yg kuat melaksanakan hal itu hai Rasulullah ?. Rasulullah saw pun menjawab: Allahu al-samad (surat al-ikhlas) sama seperti sepertiga al-Qur’an." Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (hadis no. 4628) dan Ahmad (hadis no. 10631).
Begitu jg dlm hadits:
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِى لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ». قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) يَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ».
Dari Abu Darda’ dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Apakah seorang di antara kalian tak mampu untk membaca sepertiga Al Qur’an dlm semalam? Mereka mengatakan, Bagaimana kami bisa membaca seperti Al Qur’an? Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Qul huwallahu ahad itu sebanding dgn sepertiga Al Qur’an. (HR. Muslim no. 1922)
An Nawawi mengatakan, dlm riwayat yg lainnya dikatakan :
Sesungguhnya Allah membagi Al Qur’an menjadi tiga bagian. Lalu Allah menjadikan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) menjadi satu bagian dari 3 bagian tadi.
Lalu Al Qodhi mengatakan bahwa Al Maziri berkata, Dikatakan bahwa maknanya adlh Al Qur’an itu ada tiga bagian yaitu membicarakan
(1) kisah-kisah, (2) hukum, dan (3) sifat-sifat Allah.
Sedangkan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) ni berisi pembahasan mengenai sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, surat ni disebut sepertiga Al Qur’an dari bagian yg ada. (Syarh Shohih Muslim, 6/94)
Apakah Surat Al Ikhlas bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an?
Maksudnya adlh apakah seseorang apabila membaca Al Ikhlas sebanyak tiga kali sudah sama dgn membaca satu Al Qur’an 30 juz? [Ada sebagian orang yg meyakini hadits di atas seperti ini.] Jawabannya: Tidak. Karena ada suatu kaedah: Sesuatu yg bernilai sama, belum tentu bisa menggantikan.
Itulah surat Al Ikhlas. Surat ni sama dgn sepertiga Al Qur’an, tapi tak bisa menggantikan Al Qur’an. Salah satu buktinya adlh apabila seseorang mengulangi surat ni sebanyak tiga kali dlm shalat, tak mungkin bisa menggantikan surat Al Fatihah (karena membaca surat Al Fatihah adlh rukun shalat, pen). Surat Al Ikhlas tak mencukupi / tak bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an, tapi dia hanya bernilai sama dgn sepertiganya. Bukti lainnya adlh seperti hadits :
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مِرَارٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ
Barangsiapa mengucapkan (لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ) sebanyak sepuluh kali, maka dia seperti memerdekakan emat budak keturunan Isma’il. (HR. Muslim no. 7020)
Pertanyaannya : Apakah jika seseorang memiliki kewajiban kafaroh, dia cukup membaca dzikir ini? Jawabannya : Tidak cukup dia membaca dzikir ini. Karena sesuatu yg bernilai sama belum tentu bisa menggantikan. (Diringkas dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah 97-98, Tafsir Juz ‘Amma 293)
Keutamaan Kedua :
Membaca Al-Ikhlas 10x menyebabkan Allah membangunkan rumah di surga Barang siapa membaca surah al Ikhlash hingga selesai 10x, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga. [HR. Ahmad]
Keutamaan Ketiga:
Membaca surat Al Ikhlash sebab mendapatkan kecintaan Allah
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdurrahman bin Wahb telah menceritakan kepada kami pamanku yaitu Abdullah bin Wahb, telah menceritakan kepada kami Amru bin Harits dari Sa'id bin Abu Hilal bahwa Abu Rijal Muhammad bin Abdurrahman, telah menceritakan kepadanya dari ibunya Amrah binti Abdurrahman, saat itu ia berada di rumah Aisyah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus seorang lelaki dlm suatu sariyyah (pasukan khusus yg ditugaskan untk operasi tertentu). Laki-laki tersebut ketika menjadi imam shalat bagi para sahabatnya selalu mengakhiri bacaan suratnya dgn "QUL HUWALLAHU AHAD." Ketika mereka pulang, disampaikan berita tersebut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau bersabda:
"Tanyakanlah kepadanya kenapa ia melakukan hal itu?" Lalu mereka pun menanyakan kepadanya. Ia menjawab,
"Karena didalamnya terdapat sifat Ar Rahman, dan aku senang untk selalu membacanya." Mendengar itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah Ta'ala jg mencintainya." (HR. Bukhari)
Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan perkataan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya. Beliau mengatakan, Maksudnya adlh bahwa sebab kecintaan Allah pd orang tersebut adlh karena kecintaan orang tadi pd surat Al Ikhlash ini. Boleh jadi dpt kitakan dari perkataan orang tadi, karena dia menyukai sifat Rabbnya, ni menunjukkan benarnya i’tiqodnya (keyakinannya terhadap Rabbnya). (Fathul Bari)
Faedah dari hadits di atas:
Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan, Orang tadi biasa membaca surat selain Al Ikhlash lalu setelah itu dia menutupnya dgn membaca surat Al Ikhlash (maksudnya: setelah baca Al Fatihah, dia membaca dua surat, surat yg terakhir adlh Al Ikhlash, pen). Inilah yg dia lakukan di tiap raka’at. Kemungkinan pertama inilah yg nampak (makna zhohir) dari hadits di atas. Kemungkinan kedua, boleh jadi orang tadi menutup akhir bacaannya dgn surat Al Ikhlash, maksudnya adlh surat Al Ikhlas khusus dibaca di raka’at terakhir. Kalau kita melihat dari kemungkinan pertama tadi, ni menunjukkan bolehnya membaca dua surat (setelah membaca Al Fatihah) dlm satu raka’at. Demikian perkataan Ibnu Daqiq. (Fathul Bari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : أَقْبَلْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَسَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : وَجَبَتْ. قُلْتُ: وَمَا وَجَبَتْ ؟ قَالَ: الْجَنَّةُ رواه مالك وأحمد والترمذي
Saya (Abu Hurairah) bersama-sama Nabi mendengar seorang membaca Qul huwa Allahu ahad Allahu al-samad (surah al-Ikhlas). Maka Rasulullah saw bersabda: Wajiblah. Sayapun bertanya: Apa yg wajib ?. Jawab baginda: Surga. Hadis hasan, diriwayatkan oleh Malik (hadis no. 435), Ahmad (hadis no. 7669 dan 10498) dan al-Tirmizi (hadis no. 2822) yg berpendapat bahwa hadis ni Hasan Gharib .
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِي مَسْجِدِ قُبَاءَ، فَكَانَ كُلَّمَا افْتَتَحَ سُورَةً يَقْرَأُ لَهُمْ فِي الصَّلَاةِ فَقَرَأَ بِهَا افْتَتَحَ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا، ثُمَّ يَقْرَأُ بِسُورَةٍ أُخْرَى مَعَهَا. وَكَانَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ. فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ فَقَالُوا: إِنَّكَ تَقْرَأُ بِهَذِهِ السُّورَةِ ثُمَّ لَا تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى تَقْرَأَ بِسُورَةٍ أُخْرَى، فَإِمَّا أَنْ تَقْرَأَ بِهَا وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا وَتَقْرَأَ بِسُورَةٍ أُخْرَى. قَالَ: مَا أَنَا بِتَارِكِهَا، إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ بِهَا فَعَلْتُ وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ. وَكَانُوا يَرَوْنَهُ أَفْضَلَهُمْ وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ. فَلَمَّا أَتَاهُمْ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أَخْبَرُوهُ الْخَبَرَ، فَقَالَ: يَا فُلَانُ، مَا يَمْنَعُكَ مِمَّا يَأْمُرُ بِهِ أَصْحَابُكَ، وَمَا يَحْمِلُكَ أَنْ تَقْرَأَ هَذِهِ السُّورَةَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ؟ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُحِبُّهَا.فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: إِنَّ حُبَّهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ رواه الترمذي وأحمد والدارمي
Seorang sahabat dari kalangan Ansor menjadi imam salat di masjid Quba, Setiap rakaat dia membaca Qul huwa Allah. Pada raka’at pertama dia membacanya setelah al-Fatihah, pd reka’at kedua dia akan membaca dua surat setelah al-Fatihah, satu diantaranya adlh Qul huwa Allah. Setelah kejadian ni terus berulang, para sahabat (jamaahnya) mempertanyakannya dan berkata: Kami melihat kamu selalu membaca surah ini, sementara kami berpendapat bahwa hal tersebut tak diperbolehkan sampai kamu membaca surah yg lain, baik kamu membaca kedua surah itu sekaligus / kamu meninggalkan surah itu (al-Ikhlas) untk digantikan dgn surah yg lain. Sahabat ni menjawab: Saya tak akan meninggalkannya. Jika kalian senang kalau saya yg menjadi imam, akan saya lanjutkan. Tapi jika kalian tak menyenanginya, saya tak akan menjadi imam shalat kalian lagi. Kenyataannya, mereka memandangnya sebagai orang yg paling afdal di antara mereka, dan mereka tak senang kalau diimami oleh orang lain. Ahirnya, mereka menemui Rasulullah saw dan menceritakan hal ini. Rasulullah saw pun menanyakan sahabat itu : Hai Pulan, apa yg menyebabkan kamu enggan untk melakukan saran sahabat-sahabat kamu, dan apa yg membawa kamu untk selalu membaca surah ni (al-Ikhlas) di tiap raka’at ? Dia menjawab : Wahai Rasulullah, saya mencintainya. Rasulullah saw pun menjawab : Sesungguhnya mencintainya itu akan membawa kamu ke syurga. Hadis sahih, diriwayat al-Tirmizi (Hadis no. 2826), Ahmad (hadis no. 11982 dan 12054) dan al-Darimi (hadis no. 3300). al-Tirmizi berkata: Hadis ni Hasan Gharib Sahih.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنَامَ عَلَى فِرَاشِهِ فَنَامَ عَلَى يَمِينِهِ ثُمَّ قَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ مِائَةَ مَرَّةٍ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يَقُولُ لَهُ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا عَبْدِيَ ادْخُلْ عَلَى يَمِينِكَ الْجَنَّةَ رواه الترمذي
Anas ibn Malik ra berkata: Rasulullah saw bersabda:Barangsiapa yg ingin tidur di atas tempat tidurnya kemudian memiringkan posisinya ke kanan, lalu membaca surah Qul Huwa Allahu Ahad (surah al-Ikhlas) 100 kali, maka ketika hari kiamat nanti Allah swt akan berkata kepadanya: Wahai hamba-Ku, masuklah ke surga di sebelah kananmu Hadis da’if, diriwayatkan oleh al-Tirmizi dgn jalan yg sama, yaitu melalui Hatim bin Maimun (hadis no. 2823).
Anjuran Waktu Dalam Membaca Surat Ikhlash
Pertama: waktu pagi dan sore hari. Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash bersama dgn maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas) masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yg diperoleh adalah: akan dijaga dari segala sesuatu (segala keburukan). Dari Mu’adz bin Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia berkata, خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ » Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, Apakah kalian telah shalat? Tapi sedikitpun aku tak berkata-kata. Beliau bersabda, Katakanlah. Tapi sedikit pun aku tak berkata-kata. Beliau bersabda, Katakanlah. Tapi sedikit pun aku tak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, Katakanlah. Hingga aku berkata, Wahai Rasulullah, apa yg harus aku katakan? Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Katakanlah (bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A’UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A’UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dgn ayat-ayat ni akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan. (HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428.
Kedua: sebelum tidur. Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dgn terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pd anggota tubuh yg mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi diulang sebanyak tiga kali. Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata, أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di tiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pd anggota tubuh yg mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yg demikian sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari no. 5017) Ketiga: ketika ingin meruqyah (membaca do’a dan wirid untk penyembuhan ketika sakit). Bukhari membawakan bab dlm shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’.
Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan dgn cara seperti dijelaskan dlm point kedua. عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur, beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan Mu’awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen). (HR. Bukhari no. 5748) Jadi tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dgn cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pd anggota tubuh yg mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti ni diulang sebanyak tiga kali. Keempat: wirid seusai shalat (sesudah salam). Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata, أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan padaku untk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat (sesudah salam). (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523). Yang dimaksud mu’awwidzaat adlh surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62) Kelima: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh). Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pd raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pd raka’at kedua. Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, نِعْمَتِ السُّوْرَتَانِ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الفَجْرِ : { قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ } وَ { قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ Sebaik-baik surat yg dibaca ketika dua raka’at qobliyah shubuh adlh Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dlm Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ni shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ni jg dikuatkan dgn hadits Ibnu Mas’ud yg akan disebutkan pd point berikut. Keenam: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah ba’diyah maghrib. Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pd raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pd raka’at kedua. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, مَا أُحْصِى مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ Aku tak dpt menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat pd shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pd shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash). (HR. Tirmidzi no. 431) Ketujuh: dibaca ketika mengerjakan shalat witir tiga raka’at. Ketika itu, surat Al A’laa dibaca pd raka’at pertama, surat Al Kafirun pd raka’at kedua dan surat Al Ikhlash pd raka’at ketiga. Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau berkata, Aku menanyakan pd ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yg dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al Fatihah) ketika shalat witir? ‘Aisyah menjawab, كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأ
other source : http://wiyonggoputih.blogspot.com, http://dailymotion.com, http://bbc.co.uk
No comments:
Post a Comment