Seruling terbuat dari bambu, kayu, tulang / bahkan logam. Seruling mampu menghasilkan bunyi kasar, melengking / seperti suara siulan. Sumber bunyi seruling berada di bagian tak jauh dari puncak kepala. Di situ terdapat lubang tiupan kira-kira sebesar ujung jari. Suara diproduksi ketika dlm posisi melintang, lubang itulah yg kita tiup. Udara kita tiupkan masuk ke dlm tabung, mengalir dan membentur sepanjang dinding tabung yg berfungsi sebagai resonator. Keras lembutnya hembusan akan menghasilkan frekuensi nada yg berbeda-beda, tinggi / rendah.
Tangga nada dpt dihasilkan selain karena variasi kekuatan hembusan jg karena terbuka / tertutupnya lubang pengatur nada. Jari tangan kanan dan kiri bertugas mengurusi pembukaan dan penutupan lubang itu dgn memencet-mencet tombol yg tersedia. Lubang nada serta tombol pengendali itu berada di bagian tubuh serta kaki seruling Di situ terdapat 16 / 17 lubang, dimana 11 di antaranya dpt ditutup oleh 4 jari tangan kanan dan 3 jari tangan kiri dan satu lubang ditutup oleh jempol tangan kiri. Empat lubang lainnya dpt dibuka tutup melalui gagang-gagang tombol.
Nada seruling umumnya dimulai dari nada do, di, re, ri ,mi, fa, fi, sol, sel, la, li, si dan do, terus melengking menuju ke oktaf berikutnya hingga mencapai 3 oktaf lebih. Dengan jangkauan wilayah nada yg sedemikan banyak serta adanya fasilitas untk nada-nada kromatik, maka seruling dpt melayani berbagai nada dasar. Dia mampu mengiringi penyanyi bersuara berat dan rendah maupun penyanyi bersuara melengking dan tinggi. Jadi mampu bermain di nada dasar D ataupun G dan sebagainya.
Sejarah Seruling
Perkembangan Alat Musik seruling di berbagai negara
Seruling bukan lagi alat musik langka, karena keberadaannya dpt ditemukan di berbagai pesohor negara tapi dgn nama yg berbeda, termasuk Mesir. Pada masa Mesir Kuno, terdapat bukti permulaan muncul dan dimainkannya alat musik seruling di Mesir. Instrumen yg muncul paling menonjol adlh pipa menyerupai klarinet, seruling, dan jg harpa. Dalam relief hieroglif pun ditemukan gambar seruling yg dikenal dgn nama ‘Aulos.’ Aulos ni adlh seruling yg terbuat dari kayu. Bentuknya terdiri atas dua buah tabung seruling yg disatukan dan memiliki empat / lima lubang nada. Aulos ni sulit untk dimainkan karena memiliki dua buluh yg disatukan.
Di India, Pakistan, Bangladesh seruling dikenal dgn nama ‘Bansuri’ (Contoh bunyi bisa didengar di http://en.wikipedia.org/wiki/Bansuri). Bentuk ‘Bansuri’ lebih panjang dari seruling biasa. Panjangnya mencapai 14 inci. Bansuri dikenal sebagai alat musik yg berhubungan dgn kisah cinta Khrisna dan Radha. Pernahkah Anda melihat film India / pertunjukan ular yg meliuk-liuk badannya ? Pawang ular membawa keranjang berisi ular, saat mulai meniup serulingnya, tak lama kemudian keluar ular kobra dan bergerak seolah sedang menari. Melihat hal seperti itu mungkin Anda kagum akan kehebatan pawang ular tersebut, tapi tahukah Anda bahwa sebenarnya ular tak bisa mendengar Lalu kenapa ular tersebut bisa menari ? Ternyata yg diikuti ular itu bukanlah suara seruling
Di Jerman seruling disebut ‘Blockflöte’ yg adlh hasil perpaduan dari jenis suling, yg sudah dimainkan di Eropa sejak sebelum Masehi, dan pengaruh suling lain yg berasal dari Eropa Timur, Afrika dan Asia. ‘Blockflöte’ mencapai masa jayanya di zaman kebudayaan Renaissance dan Barok, yaitu sekitar tahun 1500 hingga 1750. Kira-kira abad ke 18 jenis suling ni tergeser dari orkestra oleh jenis suling lain. Baru di akhir abad ke 20 jenis suling ni kembali banyak dimainkan, dan menjadi instrumen paedagogis. Kemungkinan besar seiring dgn kolonisasi negara-negara Eropa di masa lalu, suling jenis ni jg menyebar ke negara-negara lain, di antaranya Indonesia. Sudah sejak awalnya, "Blockflöte" selain dimainkan secara solo, kerap jg dimainkan dlm satu kelompok. Jadi seperti halnya dlm paduan suara, ada suling sopran, alto, tenor dan bas, sehingga disebut "Blockflöten familie" / keluarga suling.
Indonesia negara tercinta adlh sebuah negara dimana bambu tumbuh dimana-mana, dimulai dari Sabang di sebelah barat dan Merauke di sebelah timur. Oleh karena itu Indonesia pun pandai membuat alat musik sendiri yg terbuat dari bambu yaitu Seruling. Seruling biasanya dimainkan di acara tradisional. Lagu dangdut tanpa seruling ibarat laut tanpa ombak. Musik keroncong disela-selanya pasti diramaikan dgn suara liukan Suling. Tapi beberapa tahun terakhir ni musik tradisioanal mulai ditinggalkan. Mungkin saja ada beberapa penyanyi / band yg menggunakan, tapi biasanya lagunya tak dijadikan hit single / hanya sebagai filler (pengisi), termasuk di dlm ibadah gereja. Paduan suling bambu di gereja kian memudar seiring dgn masuknya alat musik modern, serta banyaknya gereja yg memasukkan unsur band ke dlm gereja. Padahal seperti yg kita ketahui seruling dlm kitab Perjanjian Lama dipakai untk mengungkapkan sukacita yg tak terkendalikan / ratapan yg hebat. Pada umumnya suling dianggap sebuah alat musik sekular, dlm Mazmur 150:4 menyebutkan penggunaannya Suling di bait suci adlh untk suatu perayaan agama. Lepas apakah Suling merupakan suatu alat yg menyatu dgn budaya setempat / alat musik universal, Suling merupakan salah satu alat yg harus diperhitungkan untk dilestarikan di Indonesia, kalau Anda adlh orang yg kreatif harusnya jg bisa dikombinasikan di kelompk musik di gereja.
ar tikel ni di copy dari : Asal Usul Suling
0 Response to "[BERITA] Asal Usul Suling (Seruling)"
Post a Comment