ro2blog.blogspot.com - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Telah menceritakan kepada kami Ismail Telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "ketahuilah Setiap kalian adlh pemimpin, dan tiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yg di pimpin, penguasa yg memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yg dipimpinnya, tiap kepala keluarga adlh pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yg dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan jg anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang jg pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, tiap kalian adlh bertanggung jawab atas yg dipimpinnya."(Sahih Bukhari)
Manusia adlh makhluk yg paling mulia di sis Allah SWT. Manusia memiliki keistimewaan yg menyebabkannya berbeda dgn makhluk yg lain, karena padanya terdapat, akal, daya berpikir, kalbu, dan nafsu. Oleh karena itu, ia menjadi makhluk yg menerima taklif, memiliki ikhtiar dan iradah.
Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya (baik jasmani maupun rohani). Sedangkan dlm konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tak dpt memisahkan diri dari lingkungannya, karena dirinya terikat dan butuh terhadap masyarakat. Selain makhuk individual dan sosial, jg merupakan makhluk Tuhan. Dengan demikian, manusia harus mempertanggung jawabkan dirinya dihadapan Tuhan, baik secara individual, sosial, maupun sebagai makhluk Tuhan.
Tanggung jawab manusia terhadap dirinya muncul sebagai akibat keyakinan terhadap suatu nilai. Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, kesadaran atas keyakinan dan ajaran-Nya, larangan dan perintah-Nya. Rasa tanggung jawab inilah yg akan memanusiakan manusia, dan mengantarkan manusia pd Tuhannya. Namun, jika tanggung jawab ni diabaikan, maka akan semakin terperosok dlm kebinatangannya hingga tak lagi mengenal lagi nilai-nilai manusia.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (93)
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yg dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yg dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yg telah kamu kerjakan. (QS An-Naml: 93) Ayat tersebut memaparkan sebuah landasan dan kaidah umum yg menyangkut hubungan Allah Swt dgn manusia lewat firman-Nya, Allah Swt tak berkehendak memaksa manusia untk beriman kepadanya, tapi Allah menginginkan manusia memilih akidah dan ajaran atas kehendak dan pilihan mereka sendiri. Tapi karena manusia tak memilih agama dan akidah yg satu, mereka memiliki beragam agama dan kepercayaan. Meski demikian, Allah Swt telah memberikan sarana yg dpt menjadi petunjuk bagi manusia, yaitu petunjuk fitrah dan akal yg berasal dari dlm diri manusia dan para nabi dan kitab suci. Manusia dpt memilah antara kebenaran dan kebatilan lewat sarana tersebut. Allah Swt tak akan menghalangi orang-orang yg memilih jalan kesesatan dan berpaling dari jalan kebenaran. Demikian juga, orang-orang yg memilih jalan kebenaran, Allah akan membantu mereka meniti jalan yg benar ini. Perlu diketahui bahwa kehendak dan kebebasan untk memilih ni bukan berarti bentuk penistaan atas tanggung jawab. Manusia harus bertanggung jawab atas apa yg mereka pilih. Manusia tak dipaksa untk memilih sesuatu. Setiap orang berhak menentukan pilihannya; baik itu jalan kebenaran / kesesatan. Tapi tanggung jawab, pahala dan siksa tetap pd posisinya. Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yg dpt dipetik: 1. Di antara Sunnah Ilahi adlh memberikan kebebasan kepada manusia untk menentukan pilihan dan mereka jg bebas memilih jalan hidupnya masing-masing. 2. Semua perbuatan dan tingkah laku manusia baik itu kecil / besar akan dimintai pertanggungjawaban di Hari Kiamat. Firman Alloh Ta'ala وَلَا تَتَّخِذُوا أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُوا السُّوءَ بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (94) وَلَا تَشْتَرُوا بِعَهْدِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا إِنَّمَا عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (95)
Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yg menyebabkan tergelincir kaki(mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yg besar. (QS An-Naml: 94) Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dgn Allah dgn harga yg sedikit (murah), sesungguhnya apa yg ada di sisi Allah, itulah yg lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS An-Naml: 95)
Ayat ni menjelaskan tentang haram dan pentingnya sumpah dan janji. Allah Swt berfirman, penyalah gunaan ajaran-ajaran sakral agama seperti sumpah untk kepentingan dunia akan berdampak pd melemahnya keyakinan dan kepercayaan masyarakat terhadap agama dan akan menyebabkan mereka menyimpang dari jalan kebenaran. Orang-orang yg telah menghalangi manusia dari jalan kebenaran akan mendapat kesulitan dan masalah pertama mereka di dunia. Mereka jg akan mendapat siksa yg pedih di Hari Kiamat. Oleh sebab itu, jangan menjual nama Allah sebagai sumpah untk memperoleh kepentingan dunia dan materi di dunia. Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yg dpt dipetik: 1. Sebagian dosa dpt menjadi pendorong untk melakukan dosa-dosa lain. Kita harus mengenal dosa-dosa tersebut guna mencegah merebaknya perbuatan dosa itu di tengah masyarakat. 2. Setiap perbuatan yg bertujuan melemahkan pondasi agama harus kita cegah, meski perbuatan itu tergolong kecil. مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (96) Apa yg di sisimu akan lenyap, dan apa yg ada di sisi Allah adlh kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yg sabar dgn pahala yg lebih baik dari apa yg telah mereka kerjakan.(QS An-Naml: 93) Ayat ni menjelaskan tentang orang-orang yg runtuh imannya karena godaan harta dan dunia. Mereka jg mempermainkan nilai-nilai suci agama dan menjual akhirat yg kekal dgn dunia yg bersifat sementara. Allah berfirman, mungkin saja perbuatan tersebut akan memenuhi keinginan duniawi mereka, tapi bukankah kalian mengetahui bahkan kalian tak hidup kekal di dunia ini. Dan apa yg telah kalian peroleh jg akan hilang begitu cepat. Padahal, jika kalian melakukan transaksi dgn Allah, perbuatan baik kalian akan terjaga dan kekal di sisi-Nya. Tapi semua mengetahui bahwa meninggalkan perbuatan haram dan merasa cukup dgn hal-hal yg halal dibutuhkan kesabaran dan kemampuan menahan diri. Orang-orang yg mampu menahan diri dari perbutan haram, mereka tak diberikan balasan biasa, tapi Allah akan memberikan balasan terbaik untk mereka. Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yg dpt dipetik: 1. Ketabahan untk menjaga janji-janji dgn Allah Swt dan menjauhi perbuatan haram, merupakan perbuatan yg sulit dan harus siap melawan hawa nafsu. Tapi ketabahan dan kesulitan ni akan mendatangankan kebahagiaan dan kesuksesan di akhirat. 2. Allah Swt adlh sebaik-baik pembeli manusia. Dia akan membeli barang yagn sedikit dgn harga yg sangat tinggi dan menjadikan manusia sukses.
Ada sebuah hadits yg selalu menjadi alas perbincangan dlm masalah kepemimpinan. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Umar sebagai berikut:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Telah menceritakan kepada kami Ismail Telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "ketahuilah Setiap kalian adlh pemimpin, dan tiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yg di pimpin, penguasa yg memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yg dipimpinnya, tiap kepala keluarga adlh pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yg dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan jg anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang jg pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, tiap kalian adlh bertanggung jawab atas yg dipimpinnya." (HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, IV/6, hadits no. 2751 dan HR Muslim, Shahîh Muslim, VI/7, hadits no. 4828)
Salah satu syarah (penjelasan atas hadits tersebut menyatakan bahwa sejak penghujung abad yg lalu hingga sekarang, diskursus mengenai pemimpin / kepemimpinan mencuat ke permukaan. Sebagian sosiolog menyatakan bahwa terjadinya gejala semacam itu memiliki beberapa sebab. Menurut pendapat mereka, ada dua penyebabnya utamanya. Pertama, banyak pemimpin dlm berbagai bidang terlibat pelanggaran moral (Moral Hazard). Kedua, mungkin karena usianya yg makin menua, dunia kita sekarang tak ber-‘kuasa’ lagi melahirkan pemimpin-pemimpin besar (Great Leader) seperti pd masa-masa silam.
Kenyataan ni dikeluhkan - misalnya — oleh seorang sosiolog Barat, Jeremie Kubicek (2011) dlm bukunya yg sangat kontroversial, Leadershipis Dead: How Influence is Riviving it (Kepemimpinan Telah Mati: Bagaimana Pengaruh yg Merupakan Inti Kepemimpinan Bisa Dihidupkan Kembali). Dikatakan olehnya, bahwa para pemimpin di masa sekarang ni lebih banyak menuntut, bukan memberi, menikmati, bukan melayani, dan banyak mengumbar janji, bukan memberi bukti.
Dalam Fikih Politik Islam, prinsip akhlak terpuji (mabda’ al-akhlâq al-karîmah) yg menjadi dasar kebijakan dan tindakan para pemimpin adlh kemaslahatan umat. Dikatakan dlm kaedah fikih: tasharruf al-imâm`alâ al-ra`iyyah manûthun bi al-mashlahah(tindakan pemimpin atas rakyat seharusnya selalu terikat oleh kepentingan / kemaslahatan umum). Jadi, pemimpin wajib bertindak tegas demi kebaikan rakyat yg dipimpinnya, bukan - justeru — untk kebaikan diri dan kelompoknya.
Kaedah ni diturunkan dari prinsip akhlak kepemimpinan Nabi Muhammad s.a.w., seperti yg disebutkan di dlm al-Quran.
Ada tiga karakteristik (panduan akhlak) kepemimpinan Nabi Muhammad s.a.w. berdasarkan Firman Allah,
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS al-Taubah [9]: 128).
Pertama, azîzun ‘alaihi mâ ‘anittum (berat dirasakan oleh Nabi s.a.w. - sebagai pemimpin — penderitan orang lain yg dipimpinnya). Dalam bahasa modern, sifat ni disebut sense of crisis, yaitu kepekaan atas kesulitan rakyat yg ditunjukkan dgn kemampuan berempati dan simpati kepada pihak-pihak yg kurang beruntung.
Secara kejiwaan, empati berarti kemampuan untk memahami dan merasakan kesulitan orang lain. Empati dgn sendirinya mendorong simpati, yaitu dukungan, baik moral maupun material, untk mengurangi penderitaan orang yg tengah mengalami kesulitan.
Kedua, harîshun `alaikum (amat sangat berkeinginan agar orang lain merasa tenang, aman, nyaman, nikmat dan sentosa). Dalam bahasa modern, sifat ni dinamakan sense of achievement, yaitu semangat yg mengebu-gebu agar masyarakat dan bangsa yg dipimpinnya meraih kemajuan.
Tugas pemimpin, antara lain — memang sudah seharusnya — menumbuhkan harapan dan membuat peta jalan politik menuju cita-cita dan harapan itu.
Ketiga, raûfun rahîm (pengasih dan penyayang). Allah SWT adlh Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Nabi Muhammad s.a.w. adlh jg pengasih dan penyayang.
Orang-orang beriman wajib meneruskan kasih sayang Allah dan Rasulullah s.a.w. itu dgn mencintai dan mengasihi umat manusia. Kasih sayang (rahmah) adlh pangkal kebaikan. Tanpa kasih sayang, sulit dibayangkan seseorang bisa berbuat baik.
Sabda Rasulullah s.a.w.,
مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ.
Orang yg tak memiliki kasih sayang, tak bisa diharap (kebaikan) kasih-sayang darinya. (Hadits Riwayat al-Bukhari dari Jarir bin Abdullah, Shahîh al-Bukhâriy, juz VIII, halaman 12, hadits nomor 6013)
Dalam sejarah kehidupan manusia, telah muncul istilah kepemimpinan sejak Nabi Adam di turunkan kemuka bumi ini.pemimpin adlh seorang pribadi yg memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu / beberapa tujuan. Pemimpin adlh seorang pribadi yg memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untk pencapaian satu beberapa tujuan.
Begitu jg sejak awal agama islam berkembang, Nabi Muhammad selain sebagai seorang utusan Rasul yg menyampaikan ajaran-ajaran agama islam tetapi jg seorang kepala negara dan kepala rumah tangga. paling tak dlm catatan sejarah kenabian yg terdokumentasi dlm hadits-hadits yg tetap terjaga dan masih bisa digunakan sampai saat ini, Nabi memberikan contoh bagaimana seorang pemimpin menyelesaikan persoalan-persoalan pribadi maupun sosial kemasyarakatan berdasarkan musyawarah untk tercapainya kemaslahatan.
Setiap orang adlh pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya .Meskipun yg di pimpin hanyalah diri sendiri tetap akan di minta pertanggung jawaban nantinya dan tiap pemimpin itu adlh pelayan masyarakat karena ia harus memenuhi segalanya apa yg di inginkan rakyat dlm hal kebaikan bersama dan rakyatpun mempunyai keterbatasan dlm hal mematuhi pemimpin.
Tanggung Jawab Kepada Allah SWT.
Pertanyaan yg selalu membayangi kehidupan manusia ialah dari mana asala kita? untk apa kita diciptakan? siapa pencipta alam semesta ini? apa yg diinginkan sang pencipta dari ciptaannya?. Mungkin saja sebagian orang dikarenakan kelalaian, ketidak tahuan, pembangkangan, dan pemberontakan mengabaikan panggilan fitrahnya hingga tak mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Tapi sudah selayaknya sebagai rasa terima kasih, manusia mimiliki tanggung jawab mencari dan mengenal penciptanya. Atas dasar ini, ada beberapa tanggung jawab yg dipikul manusia, diantaranya adalah;
a. Makrifatullah (Mengenal Allah).
Makrifah adlh mengenal hakekat / menemukan jalan menuju hakekat. Dan puncak hakekat itu sendiri adlh Dzat Allah SWT. Sebagaimana imam Ali as berkata;
معرفة الله سبحانه اعلى المعارف
Pengetahuan tentang Allah adlh pengetahuan yg paling tinggi
Pengetahuan semacam ni akan mensucikan dan memberiskan diri manusia, bahkan sampai pd pengesahan Allah SWT. Sebagaimana imam Ali as mengatakan;
من عرف الله توحّد
Barangsiapa yg mengenal Allah, ia akan men-tauhidkan-Nya.
من عرف كفّ
Barangsiapa yg mengenal Allah, dirinya akan terjaga.
Rasulullah Saw jg mengatakan;
من عرف الله و عظّمه منع فاه من الكلام و بطنه من الطعام و عنّى نفسه بالصيام و القيام
Barangsiapa yg mengenal Allah dan mengagungkan-Nya, mulutnya akan tercegah (dari perkataan keji) dan perutnya akan tercegah dari makanan (haram), serta memberatkan dirinya dgn puasa dan sholat malam.
Sebaliknya al-Quran mengecam orang-orang yg taklid buta, tanpa punya dasar pengetahuan yg benar. Sebagaimana firman-Nya;
و من الناس من يجادل في الله بغير علم و يتبع كل شيطان مريد كتب عليه انه من تولّاه فانه يضلّه و يهديه الى عذاب السعير
Dan di antara manusia ada yg berbantahan tentang Allah tanpa ilmu dan hanya mengikuti para setan yg sangat jahat. Telah ditetapkan bahwa siapa yg berkawan dgn dia, maka dia akan menyesatkannya, dan membawahnya ke azab neraka.
b. Taat dan Penghambaan Pada Allah.
Manusia makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib taat dan menghambakan dirinya pd Tuhan. Penghambaan berati penyerahan diri sepenuhnya pd Allah, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawab Allah SWT. Akan tetapi penghambaan tanpa makrifat mustahil terealisasi, karena penghambaan buah dari makhrifat.
Sebagaimana Quran membagi manusia pd mukmin dan kafir, hidayat dan dhalal, taat dan membangkang, muwahid dan musyrik, alim dan jahil, mukmin dan fasiq, muslih dan mufsid berdasarkan penghambaan pd Allah SWT. Dalam al-Quran Allah SWT berfirman;
و من يطع الله و رسوله و يخش الله و يتّقه فأولئك هم الفائزون
Dan barangsiapa yg taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yg mendapat kemenangan.
Dalam hadits mi’raj, Allah jg menjelaskan kepada Rasulullah tentang hakekat penghambaan dgn menyebutkan 7 sifat, yakni;
يا احمد! ها تدري متى يكون (لي) العبد عابدا قال لا يا ربّ قال اذا اجتمع فيه سبع خصال: ورع يحجزه عن المحارم، و صمت يكفّه عمّا لا يعنيه، و خوف يزداد في كل يوم من بكائه، و حياء يستحى مني في الخلاء، و اكل ما لابدّ منه و يبغض الدنيا لبغضى لها، و يحب الاخيار لحبى لهم
Ya Ahmad! Apakah kamu tahu kapan seorang hamba menjadi seorang ‘abid’, Rasul menjawab, ‘tidak ya Allah’. Lalu Allah SWT berkata ketika 7 sifat ada padanya; Sifat wara’ yg mencegahnya dari hal-hal yng diharamkan, Sifat diam yg tak berbicara hal yg tak penting, Sifat takut yg tiap harinya membuat ia bertambah menangis, Sifat malu padaku meskipun dlm kesendirian, makan yg tak ada jalan lain, membenci dunia dikarenakan Aku membencinya, mencintai orang-orang baik dikarenakan Aku menyukainya.
c. Cinta Ilahi
Cinta dlm bahasa Arab, antara lain, disebut hubb / mahabbah. Kedua kata ni mengandung arti cinta sepenuh hati, tulus, penuh komitmen dan ketaatan. Orang yg mencintai Allah berarti selalu menghadirkan Allah dlm hati, pikiran dan amal perbuatannya. Buah dari makrifat dan penghambaan diri adlh kecintaan yg tulus pd Allah SWT.
Energi cinta Ilahi melahirkan rasa ikhlas dan tak berat hati dlm beribadah, komitmen kuat untk berbuat yg terbaik semata-mata mengharapkan ridha-Nya. Mahabbah yg sejati hanya menomorsatukan cintanya kepada Allah, tak kepada diri sendiri, orang tua, / orang lain. Sebagaimana imam Ja’far Shodiq as berkata;
لا يمحض رجل الايمان بالله احب اليه من نفسه و ابيه و امّه و ولده و اهله و ماله و من الناس كلهم
Tidak ada seorang yg tulus keimanannya kecuali Allah SWT lebih ia cintai dari dirinya, ayahnya, ibunya, anaknya, keluarganya, dan hartanya serta seluruh manusia.
Sebagaimana dlm surat at-Taubah ayat 24 Allah SWT menjelaskan dgn gamblang hasil dari cinta ilahi. Bahwa mencintai Allah akan menafikan selain-Nya.
d. Berprasangka Baik Kepada Allah.
Berprasangka baik kepada Allah merupakan ibadah hati yg mulia. Sikap ni tak hanya berpengaruh secara lahiriah saja, bahkan berpengaruh besar pd hati, akal dan pikiran manusia. Seorang mukmin tak akan berprasangka buruk kepada Allah SWT. Ia selalu memanggil-Nya dgn penuh cinta dlm keadaan apapun. Sebagaimana al-Quran menggambarkan getaran cinta seorang mukmin ketika mendengar nama-Nya;
انما المؤمنون الذين اذا ذكر الله وجلت قلوبهم
Sesungguhnya orang-orang beriman adlh mereka yg apabila disebut nama Allah gemetar hatinya.
Sebaliknya Allah SWT mengecam orang-orang yg berprasangka buruk kepada-Nya, dan memanggilnya dgn sebutan nifaq dan syirk, sebagaimana firman-Nya;
ويعذّب المنافقين و المنافقات و المشركين و المشركات الظانين بالله ظنّ السوء
Dan ia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan jg orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yg berprasangka buruk terhadap Allah SWT.
Baik sangka kepada Allah dan terhadap janji kasih sayang, kemurahan, rahmat, dan inayah-Nya adlh salah satu tanda keimanan, sekaligus perantara keselamatan dan kebahagiaan. Rasulullah Saw berkata, Tiada seorang hamba bersangka baik terhadap Allah, melainkan Allah akan berlaku terhadapnya sebagaimana yg ia sangkakan.
Dalam hadits lain imam Ali bin Musa as berkata, Berbaik sangkalah terhadap Allah! karena Allah SWT (dalam hadis qudsi) berfirman, Aku ada dlm sangka baik hamba-ku yg beriman! jika ia berbaik sangka terhadap-Ku, aku berlaku baik terhadapnya. Jika ia berburuk sangka terhadap-Ku, Aku berlaku buruk terhadapnya.
Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Setiap manusia adlh pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan memiliki resiko yg harus dipertanggung jawabkan. Setiap orang adlh pemimpin meskipun pd saat yg sama tiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untk menciptakan solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh yg ia ciptakan sendiri dlm posisinya sebagai bagian dari komunitas. Dengan demikian, tiap orang islam harus berusaha untk menjadi pemimpin yg paling baik dan segala tindakannya tanpa di dasari kepentingan pribadi / kepentingan golongan tertentu. Maka dari itu tiap manusia memiliki kewajiban untk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu menentukan kesadaran tiap orang untk memenuhi kewajibannya sendiri dlm mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Sehingga dpt memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya manusia adlh mahluk yg memiliki rmoral, tetapi manusia jg merupakan makhluk yg pribadi. Makhluk pribadi adlh manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri, dan sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ni manusia tak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yg sengaja maupun yg tidak. Tanggung jawab terhadap diri sendiri di antaranya, jujur terhadap diri sendiri, menjaga kesehatan dan kesejahtraan mental dan fisik, menjaga keseimbangan hidup, mengenali kekuatan dan kelemahan diri, menilai diri secara rutin, tak melakukan hal-hal yg dpt merusak diri sendiri, menjaga seluruh yg terdapat dlm diri, serta menggunkan anggota tubuh sesuai dgn kegunaannya.
Tanggung Jawab Pemimpin Negara
Seorang pemimpin adlh orang yg diberi amanat oleh Allah untk memimpin rakyat dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat, maka ia harus bisa menjaga dan melaksanakan amanat tersebut, jika tak ia tak akan merasakan harumnya surga, apalagi merasakan kenikmatan menjadi penghuni surga.
حـديث معقـل بن يسـار عن الحسـن أنّ عبيد الله بن زيـاد عـاد معقل بن يستار في مـرضه الّذي مـات فيه , فقـال له معقل : اني محـدّثك حـديثـا سمعته من رسـول الله صـلي الله عليه وسـلّم . سمعت رسـول الله صـلي الله عليه وسـلّم يقول : مـامن عبد استرعـاه الله رعـيّة فـلم يحـطّهـا بنصيحة الاّ لم يجـد رائحة الجـنّة ( أخرجه البـخـاري في كتب الأحـكـام, بـاب من استرعي رعـيّة فـلم ينصـح )
"Al-hasan berkata, Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma'qal ibn Yasar R.A ketika ia sakit yg menyebabkan kematianya, maka Ma'qal berkata kepada Ubaidilah Ibn Ziyad "aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadith yg telah aku dengar dari Rasulullah SAW, aku mendengar nabi bersabda: tiada seorang hamba yg diberi amanat rakyat oleh Allah lalu ia tak memeliharanya dgn baik maka Allah tak akan merasakan kepadanya harumnya surga". (dikeluarkan oleh imam Bukhori dlm kitab Hukum bab orang yg diberi amanat kepemimpinan).
Seorang pemimpin bukanlah manusia yg bebas berbuat dan memaksakan kehendaknya dan kemauanya terhadap masyarakat, tetapi seorang pemimpin adlh orang yg bisa mengayomi masyarakat, bisa memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat sebagaimana Firman Allah SWT:
واحـفض جنـاحك لمن اتبعـك من المؤمنين (الشعـراء :215)
Artinya : Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu dan kaum mukminin (Al-Syuara' : 215).
Seorang pemimpin wajib memiliki hati yg melayani / akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adlh berarti penuh tanggung jawab dan dpt diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dpt dipertanggungjawabkan kepada publik dan kepada Allah kelak di akhirat nanti. Pemimpin yg melayani adlh pemimpin yg mau mendengar. Mau mendengar tiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yg dipimpin. Oleh karena itu pemimpin mempunyi tanggung jawab yg sangat besar bagi bangsa ataupun organisasi yg dipimpin, baik itu di dunia ataupun di akhirat nanti.
Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Setiap muslim wajib bertanggung jawab terhadap keluarganya, suami memiliki tanggung jawab untk memenuhi hak istri dan anak-anaknya, begitupun sebaliknya seorang istri mempunya keharusan untk memelihara suami dan anak-anaknya. Islam memberikan tanggung jawab yg begitu agung kepada keluarga baik dia seorang ayah maupun ibu untk memberikan pendidikan, pengetahuan, dakwah dan bimbingan kepada anggota keluarga. Pembinaan yg demikian inilah yg akan menyelamatkan dan memberikan penjagaan kepada diri dan keluarga sebagaimana perintah Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
Artinya: Hai orang-orang yg beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adlh manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yg kasar, yg keras, yg tak mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.( Q.S.at-Tahrim/66:6).
Seorang suami wajib melindungi, memelihara dan menjaga keluarganya dgn pendidikan dan akhlak yg mulia serta memberi nafkah. Nafkah yaitu harta yg dikeluarkan oleh suami untk istri dan anak-anaknya berupa makanana, pakaian, tempat tinggal dan hal lainnya. Nafkah seperti ni adlh kewajiban suami berdasarkan dalil Al Quran.
Dalil Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا
Hendaklah orang yg mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yg disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yg diberikan Allah kepadanya. Allah tak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yg Allah berikan kepadanya (QS. Ath Tholaq: 7).
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dgn cara ma’ruf (QS. Al Baqarah: 233).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Bapak dari si anak punya kewajiban dgn cara yg ma’ruf (baik) memberi nafkah pd ibu si anak, termasuk pula dlm hal pakaian. Yang dimaksud dgn cara yg ma’ruf adlh dgn memperhatikan kebiasaan masyarakatnya tanpa bersikap berlebih-lebihan dan tak pula pelit. Hendaklah ia memberi nafkah sesuai kemampuannya dan yg mudah untuknya, serta bersikap pertengahan dan hemat (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2: 375).
Seorang istri jg mempunyai keharusan untk menjaga suami dan anak-anaknya dari hal-hal yg melanggar syariat islam, serta memelihara harta dan kehormatan keluarga sebagaimana yg di ajarkan oleh agama islam.
Q.S.Luqman/31:12-19
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (12) وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14)
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (15) يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (16) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19)
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yg bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untk dirinya sendiri; dan barangsiapa yg tak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(12) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adlh benar-benar kezaliman yg besar.(13) Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dlm keadaan lemah yg bertambah-tambah, dan menyapihnya dlm dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(14) Dan jika keduanya memaksamu untk mempersekutukan dgn Aku sesuatu yg tak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dgn baik, dan ikutilah jalan orang yg kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yg telah kamu kerjakan. (15) Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dlm batu / di langit / di dlm bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(16) Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yg baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yg mungkar dan bersabarlah terhadap apa yg menimpa kamu. Sesungguhnya yg demikian itu termasuk hal-hal yg diwajibkan (oleh Allah).(17) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dgn angkuh. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-orang yg sombong lagi membanggakan diri.(18) Dan sederhanalah kamu dlm berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(19).(Q.S.Luqman/31:12-19).
Pengertian Anak dan Hakikatnya Bagi Orangtua
Secara etimologi dpt diartikan anak yg sudah berumur enam tahun.Secara terminologi anak adlh masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yg penuh ketergantungan yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual.
Sedangkan hakikat anak bagi orangtua adalah:
1) Anak adlh Amanah.
Anak merupakan amanah dari Allah Swt yg diberikan kepada tiap orangtua, anak jg buah hati, anak jg cahaya mata, tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga.Anak adlh generasi mendatang yg mewarnai masa kini dan diharapkan dpt membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak jg merupakan ujian bagi tiap orangtua sebagaimana disebutkan dlm Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 28 yg berbunyi :
وَاعْلَمُواأَنَّمَاأَمْوَالُكُمْ أَوْلَادُكُمْوَفِتْنَةأَنَّوَهُعِندَ اللَّهَ أَجْرٌعَظِيمٌ
Artinya :Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yg besar. (QS.al-Anfal ayat 28). Ayat tersebut diatas, menjelaskan salah satu ujian yg diberikan Allah kepada orang tua adlh anak-anak mereka.Itulah sebabnya tiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggung jawab terhadap amanah yg diberikan Allah Swt sekaligus menjadi batu ujian yg harus dijalankan.Jika anak yg di didik mengikuti ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yg besar dari hasil ketaatan mereka. Namun, fenomena yg ada menunjukkan masih banyak orangtua yg tak bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.Masih banyak anak-anak yg tak memperoleh haknya dari orangtua mereka seperti;hak mendapatkan perawatan dgn penuh kasih sayang, hak memperoleh pendidikan yg baik dan benar, hak menerima nafkah yg halal dan baik, dan sebagainya.
Surah Al-Anfal/8:27
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya:Wahai orang-orang yg beriman, janganlah kalian mengkhianati (amanat) Allah dan Amanat Rasul, dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yg diamanatkan kepada kalian, sedangkan kamu mengetahui. (Q.S. al-Anfal/8:27)
Surah An-Nisa/4:09
Artinya:Dan hendaklah takut (kepada Allah daripada melakukan aniaya kepada anak-anak yatim) oleh orang-orang (yang menjadi penjaganya), yg jika ditakdirkan mereka pula meninggalkan anak-anak yg daif (yatim) di belakang mereka, (tentulah) mereka akan merasa bimbang terhadap (masa depan dan keselamatan) anak-anak mereka; oleh itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yg betul (menepati kebenaran). (Q.S.an-Nisa/4:09)
2) Anak adlh Batu Ujian Keimanan Orangtua.
Anak adlh sumber kebahagiaan keluarga.Tetapi disisi lain ia pula merupakan batu ujian keimanan.Sebagaimana dijelaskan dlm Surah al-Anfal/8:28:
عَظِيمٌ جْرٌأَ عِندَ اللَّهَ فِتْنَةٌ وَاعْلَمُواأَنَّمَاأَمْوَالُكُمْأَوْلَادُكُمْوَأَنَّوَهُ
Artinya:Dan ketahuilah, bahwa harta kalian dan anak-anak kalian adlh fitnah (batu ujian keimanan) dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yg besar.(QS. al-Anfal/8:28)26
3) Anak adlh Makhluk Independen.
Yang dimaksud dgn makhluk independen dlm hal ni adlh ciptan Allah yg berdiri sendiri, memiliki takdir tersendiri dan merupakan individu tersendiri yg terlepas dari individu lain termasuk kedua orangtuanya sekalipun.
Orangtua memang berkewajiban merawat, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Tapi perlu disadari bahwa mereka adlh makhluk independen, dimana para orangtua tak berhak memaksakan kehendak kepada anak-anak mereka.Sebagaimana yg dijelaskan dlm al-Qur’an Surah al-Mu’minun/23:12-14:
* مّكِينٍ قَرَارٍ فِي نُطْفَةً جَعَلْنَاهُ ثُمّ * طِينٍ مّن سُلاَلَةٍ مِن الإِنْسَانَ خَلَقْنَا لَقَدْوَ فَكَسَوْنَا عِظَاماً الْمُضْغَةَ فَخَلَقْنَا مُضْغَةً لْعَلَقَةَ ا فَخَلَقْنَا عَلَقَةً لنّطْفَةَ ا خَلَقْنَا ثُمّ الْخَالِقِينَ أَحْسَنُ اللّهُ فَتَبَارَكَ آخَرَ خَلْقاً أَنشَأْنَاهُ ثُمّ لَحْماً الْعِظَامَ
Artinya:Dan sesungguhnya kami (Allah) telah menciptakan manusia (Adam) dari saripatih tanah.Kemudian kami jadikan manusia (berikutnya) dari air mani yg tersimpan dlm tempat yg kokoh (rahim ibu).Kemudian air mani itu kami ciptakan menjadi segumpal darah, dari segumpal darah kami ciptakan menjadi segumpal daging, dari segumpal daging kami ciptakan menjadi tulang-belulang, lalu kami jadikan tulang-belulang yg terbungkus daging itu sebagai makhluk tersendiri. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (al-Mu’minun/23:12-14)
Kata Khalqun Akhar dlm ayat di atas maksudnya sekalipun anak dilahirkan orangtua, tapi pd hakikatnya dia merupakan individu yg berbeda dgn siapapun, termasuk kedua orangtuanya.Bahkan dia jg memiliki takdir tersendiri yg belum tentu sama dgn kedua orangtuanya.
4) Anak Sebagai Sumber Kasih Sayang.
Surah Al-Furqan/25:74
إِمَامًا لِلْمُتَّقِينَ وَاجْعَلْنَا أَعْيُ قُرَّةَ وَذُرِّيَّاتِنَا أَزْوَاجِنَا مِنْ
other source : http://okezone.com, http://wiyonggoputih.blogspot.com, http://twitter.com
0 Response to "Penjelasan Tentang Tanggung Jawab Manusia"
Post a Comment