ro2blog.blogspot.com - Tidak mustahil, pendakwah pertama di Nusantara adlh wanita. Kakeknya adlh pedagang dari Timur Tengah, diduga pernah membangun Masjid.
Nama lengkapnya adlh Fatimah binti Maimun Dewi Ratna Swari bin Hibatullah. Beliau lahir di Kedal, Malaka, Malaysia pd tahun 1064 dan merupakan puteri dari Raja Malaka bernama Sayyid Maimun Sultan Kedah Malaka (Malaysia) yg bergelar Sultan Mahmud Mahdad Alim (ada yg bilang Sultan Mahmud Syah Alam). Sedang ibunya bernama Dewi Aminah, yg berasal dari Aceh.
Ahli sejarah Cirebon abad ke 17, Wangsakerta, sebagai pangeran ketiga keraton, pernah melakukan Gotrasawala (musyawarah kekeluargaan) ahli sejarah se-Nusantara menelusuri silsilah para syekh, guru agama dan sultan keturunan Nabi Muhammad SAW yg menjadi tokoh penyebar agama Islam di Nusantara. Wangsakerta berdiskusi dgn ahli sejarah dari Pasai, Jawa Timur, Cirebon, Arab, Kudus, dan Surabaya, serta ulama dari Cirebon dan Banten. Penelitian itu menyimpulkan bahwa Fatimah pernah menikah dgn Hassan yg berasal dari Arab bagian selatan.
Menurut catatan sejarah, Fatimah wafat pd hari Jumat 12 Rabiulawal 475 Hijriyah/1082 Masehi pd usia yg masih belia, yaitu 18 tahun, setelah sempat berdakwah secara diam-diam, hampir 1 tahun lamanya. Karena saat itu, mayoritas masyarakat Jawa masih menganut agama Budha. Hasil penelitian sejarah ni sekaligus membantah anggapan, bahwa Islam masuk ke Indonesia pd abad ke 15, saat keberadaan Wali Songo. Padahal, Fatimah wafat pd abad ke 11, jauh sebelum peran Wali Songo.
Nisan Fatimah bisa ditemukan di sebuah makam desa Leran, 8 km utara kota Gresik, Jawa Timur. Pada nisan ini, akan ditemukan bukti tertua kehadiran huruf Arab pd fase awal Islam di Nusantara. Penanggalan itu menunjukkan nisan di pusara anak perempuan Maimun ni merupakan bukti tertua penggunaan tulisan Arab di Asia Tenggara.
Inskripsi nisan Fatimah terdiri atas tujuh baris, ditulis dgn huruf Arab dgn gaya Kufi, salah satu ragam kaligrafi, dgn tata bahasa Arab yg baik. Nisan ni jg memuat ayat Al-Qur'an, antara lain surat Al-Rahman ayat 28-27 dan surat Ali Imron ayat 185.
Makam Fatimah sendiri berada dlm sebuah cungkup berbentuk empat persegi panjang dgn atap berbentuk kerucut. Cungkup ni merupakan bangunan utama dan terbesar. Di dlm cungkup, dimakamkan pula empat orang yg merupakan pembantu Fatimah, yaitu Nyai Seruni, Putri Keling, Putri Kucing dan Putri Kamboja. Pada bangunan utama ini, jg terdapat sedikitnya 46 lubang ventilasi dgn garis lurus antar masing-masing lubang dinding.Selain makam dlm bangunan utama ini, terdapat tiga gugus makam lain tempat dimakamkannya tiga paman Fatimah, tiga panglima, dan dua penjaga. Panjang masing-masing makam mencapai sembilan meter dan dikenal dgn nama makam panjang. Panjangnya makam itu merupakan kiasan mengenai panjangnya rentang waktu yg dibutuhkan untk menyebarkan agama Islam di Jawa. Cungkup makam Nyai Fatimah dan makam panjang adlh hal yg paling menarik dari makam ini.
Bersama nisan Fatimah, jg ada nisan Maulana Malik Ibrahim, yg wafat pd 12 Rabiulawal 822 H/8 April 1419 M. Hal ni mengukuhkan pendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui Persia dan Gujarat. Ada jg sarjana yg mengatakan batu nisan tersebut mirip kuil tembok Hindu di Gujarat.
Prof. DR. PA. Hoesien Djajadiningrat menyatakan, Bukti agama Islam masuk ke Nusantara dari Iran (persia), ialah ejaan dlm tulisan Arab, baris di atas, di bawah, dan di depan disebut Jabar, Jer dan Pes. Ini adlh bahasa Iran. Kalau menurut bahasa Arab, ejaannya adlh Fathah, Kasrah dan Dhammah. Begitu pula huruf Sin yg tak bergigi, sedangkan huruf Sin dlm bahasa arab adlh bergigi, ni adlh salah satu bukti yg terang.
Pasangan peneliti H.J. de Graaf dan Th. Piqeaud menghubungkan-nya dgn tradisi Lisan Jawa, tentang Putri Leran / Putri Dewi Swara. Dalam kaitan ini, kedua pakar Belanda ni jg menerima anggapan bahwa Gresik merupakan pusat tertua agama Islam di Jawa Timur.
Dengan demikian, tak mustahil Fatimah itu pendakwah Islam pertama di Tanah Jawa, bahkan sangat boleh jadi di Nusantara. Tapi ada penulis yg menyatakan, kakeknya pedagang dari Timur Tengah, Hibatullah, menetap di Leran, dan menikah dgn wanita setempat, bahkan diduga sudah membangun masjid.
Apakah faktor kebetulan bila desa tempat Fatimah binti Maimun dimakamkan itu bernama Leran? Tentu saja hal ni telah menjadi perbincangan para ahli sejarah sejak lama.
Cendikiawan Muslim Oemar Amin Hoesin, misalnya berpendapat, di Persia itu ada satu suku namanya Leren, suku inilah yg mungkin dahulu datang ke tanah Jawa, sebab di Giri ada kampung Leren jg namanya. Begitu pula, ada suku Jawi di Persia. Suku inilah yg mengajarkan huruf Arab yg terkenal di Jawa dgn huruf Pegon.
Dalam hal ini, Moh. Hari Soewarno mencatat, Leran sebenarnya nama suku di Iran. mungkin Fatimah berasal dari Parsi, sebab data itu bisa dibandingkan dgn data lain di Iran sendiri. Di sanapun terdapat desa yg namanya Jawi, sehingga dpt ditarik kesimpulan bahwa pd abad ke-11 itu sudah ada lalu lintas dagang antara negeri kita dgn negeri Parsi. Peristiwa itu pasti terjadi berulang-ulang serta dimengerti banyak orang, baik di Jawa maupun di Iran.
Menurutnya, orang Parsi, yg datang ke Jawa merasa kerasan, lalu menetap. Sebaliknya orang Jawa yg merasa senang di Iran lalu menetap di sana dan menamai desanya Jawi -untuk menunjukkan perkampungan orang Jawa di sana.
Jadi, dpt disimpulkan bahwa Fatimah adlh orang Parsi yg menetap di Jawa (tepatnya di Gresik), lalu perkampungannya di sana hingga sekarang terkenal sebagai desa Leran. Lebih jauh diketahui, di Kediri pd Abad ke-11 sudah banyak orang membuat rumah indah dgn genting warna-warni, kuning dan hijau. Gaya rumah demikian banyak kita jumpai di Parsi.
Apakah jg faktor kebetulan jika dari tanah Persia, Fatimah binti Maimun merantau ke pelabuhan Gresik, kemudian tinggal serta wafat dan dimakamkan di sana? Bersama nisan ulama Persia Maulana Malik Ibrahim, yg berangka tahun 882 H/1419 M, sedang Nisan Fatimah yg berangka 475 H/1082 M dilihat sebagai bukti bahwa pd waktu itu banyak orang Gresik yg telah menganut agama Islam. Bahkan sebelum kedatangan para Wali periode pertama, sudah banyak pedagang Islam di tanah Jawa. Mereka memilih daerah pelabuhan Gresik, yg saat itu sedang dlm kekuasaan kerajaan Majapahit, sebagai tempat tinggal mereka.
Bersama Tuban dan Jepara, pelabuhan Gresik sejak zaman Prabu Airlangga (1019-1041 M) bertahta, telah terjalin hubungan dagang dgn negara-negara manca. Di pantai Tuban banyak ditemukan kepingan uang emas dinar Arab bertarikh abad ke 9-10, yg menunjukkan bahwa lalu lintas niaga antara Jawa dan Timur Tengah sudah pesat.
Akan halnya kedudukan Gresik yg istimewa itu, ahli obat-obatan bangsa Portugal, Tom Pires, yg menyusuri utara pantai Jawa pd Maret sampai Juni 1513, mencatat dlm jurnalnya, Mereka mulai berdagang di negeri itu dan bertambah kaya. Mereka berhasil membangun masjid dan Mullah, para ulama didatangkan dari Luar.
Demikian kisah singkat tentang Fatimah Binti Maimun, seorang pendakwah wanita pertama di Jawa. Namanya memang tak terlalu akrab di telinga orang, tapi jasanya terhadap upaya penyebaran agama Islam di Jawa patut diapresiasi. Usahanya itu, kemudian mencapai puncak kejayaannya ketika datang Wali Songo, di mana agama Islam sudah hampir menyebar ke seluruh pula Jawa. (Epholic)other source : http://news.detik.com, http://epholic.blogspot.com, http://merdeka.com
0 Response to "[Tokoh Dunia] FATIMAH Binti MAIMUN; Ulama Wanita Pertama Tanah Jawa"
Post a Comment