ro2blog.blogspot.com - Suatu ketika seorang Habaib dari Hadramaut ingin menunaikan ibadah haji dan berziaroh ke kakeknya Rasulullah SAW. Beliau berangkat dgn diiringi rombongan yg melepas kepergiannya. Seorang Sulton di Hadramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al-Qur’an buatan tangan yg terkenal keindahannya di jazirah arab pd saat itu untk disampaikan kepada raja Saudi.
Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rasulullah. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah, beliau memeluk turbah Rasulullah. Beberapa pejabat negara yg melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, Ini bid’ah dan dpt membawa kita kepada syirik. Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu kata pun.
Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam raja Saudi. Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulton Hadramaut. Saking girang dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur’an tersebut!
Berkatalah sang Habib, Jangan kau cium Qur’an tersebut… Itu dpt membawa kita kepada syirik! Sang raja menjawab, Bukanlah Al Qur’an ni yg kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ni adlh KALAMULLAH!
Habib berkata, Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rasulullah, sesungguhnya Rasululullah-lah yg kucium! Sebagaimana seorang sahabat (Ukasyah) ketika menciumi punggung Rasulullah, tak lain adlh karena rasa cinta beliau kepada Rasulullah. Apakah itu syirik?!
Tercengang sang raja tak mampu menjawab.
Kemudian Habib tersebut membaca beberapa bait syair Majnun Layla yg berbunyi,
Marortu ‘alad diyaari diyaaro laila # Uqobbilu dzal jidaari wa dzal jidaaro
Fa ma hubbud diyaar, syaghofna qolbi # Wa lakin hubbu man sakana diyaro
Aku melewati sebuah rumah, rumah si Layla # dan aku menciumi tiap dinding-dindingnya
Bukanlah karena aku mencintai sebuah rumah yg membuat hatiku hanyut dlm cinta # akan tetapi krn cintaku kpd sang penghuni rumah
Oleh : Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rasulullah. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah, beliau memeluk turbah Rasulullah. Beberapa pejabat negara yg melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, Ini bid’ah dan dpt membawa kita kepada syirik. Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu kata pun.
Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam raja Saudi. Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulton Hadramaut. Saking girang dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur’an tersebut!
Berkatalah sang Habib, Jangan kau cium Qur’an tersebut… Itu dpt membawa kita kepada syirik! Sang raja menjawab, Bukanlah Al Qur’an ni yg kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ni adlh KALAMULLAH!
Habib berkata, Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rasulullah, sesungguhnya Rasululullah-lah yg kucium! Sebagaimana seorang sahabat (Ukasyah) ketika menciumi punggung Rasulullah, tak lain adlh karena rasa cinta beliau kepada Rasulullah. Apakah itu syirik?!
Tercengang sang raja tak mampu menjawab.
Kemudian Habib tersebut membaca beberapa bait syair Majnun Layla yg berbunyi,
Marortu ‘alad diyaari diyaaro laila # Uqobbilu dzal jidaari wa dzal jidaaro
Fa ma hubbud diyaar, syaghofna qolbi # Wa lakin hubbu man sakana diyaro
Aku melewati sebuah rumah, rumah si Layla # dan aku menciumi tiap dinding-dindingnya
Bukanlah karena aku mencintai sebuah rumah yg membuat hatiku hanyut dlm cinta # akan tetapi krn cintaku kpd sang penghuni rumah
Oleh : Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
0 Response to "[Kisah Tabi'in] Kisah Cerita Seorang Habaib Ketika Menunaikan Ibadah Haji"
Post a Comment