Kabupaten Karanganyar, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Karanganyar, sekitar 14 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ni berbatasan dgn Kabupaten Sragen di utara, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Wonogiri di selatan, serta Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo di barat. Kabupaten Karanganyar memiliki sebuah kecamatan enklave yg terletak di antara Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta.
Asal nama Nama Karanganyar berasal dari pedukuhan yg berada di desa ini. Nama ni diberikan oleh Raden Mas Said (Mangkunagara I), karena di tempat inilah, ia menemukan kemantapan akan perjanjian baru (bahasa Jawa: anyar) untk menjadi penguasa setelah memakan wahyu keraton dlm wujud burung derkuku.
Geografi Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah, yakni lembah Bengawan Solo yg mengalir menuju ke utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari Gunung Lawu. Sebagian besar daerah pegunungan ni masih tertutup hutan.
Sejarah
Arti Logo
Nilai Budaya Upacara Adat Bersih Desa Dalungan.
Asal nama Nama Karanganyar berasal dari pedukuhan yg berada di desa ini. Nama ni diberikan oleh Raden Mas Said (Mangkunagara I), karena di tempat inilah, ia menemukan kemantapan akan perjanjian baru (bahasa Jawa: anyar) untk menjadi penguasa setelah memakan wahyu keraton dlm wujud burung derkuku.
Geografi Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah, yakni lembah Bengawan Solo yg mengalir menuju ke utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari Gunung Lawu. Sebagian besar daerah pegunungan ni masih tertutup hutan.
Sejarah
Karanganyar lahir sebagai dukuh kecil, tepatnya terjadi pd tanggal 19 April 1745 / 16 Maulud 1670. Pencetus nama Karanganyar adalah Raden Mas Said, / yg lebih dikenal dgn sebutan Pangeran Sambernyawa. Cikal bakal daerah Karanganyar berasal dari Raden Ayu Diponegoro / Nyi Ageng Karang dgn nama kecil Raden Ayu Sulbiyah. Pada waktu itu Karanganyar menjadi sebuah dukuh kecil (badran baru) yg termasuk dlm wilayah Kasunanan Surakarta, pd saat itu pimpinan Swapraja Kasunanan Surakarta adalah Sri Pakubuwono II.
Akibat dari adanya “Perjanjian Giyanti” pd tanggal 13 Februari 1755 antara Sunan Pakubuwono III dgn Pangeran Mangkubumi, yg salah satu isinya adalah pembagian Kerajaan Mataram menjadi dua wilayah, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dukuh kecil Karanganyar yg terletak di Sukowati Selatan termasuk ke dlm wilayah Kasultanan Yogyakarta dan yg berkuasa pd saat itu adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I (Pangeran Mangkubumi) pd tahun 1755-1792.
Pada tahun 1847, Sri Mangkunegara III di Kerajaannya Mangkunegaran mengadakan tatanan baru, analogi yg berlaku di Kasunanan Surakarta adalah Staatblat 1847 No.30 yg mulai berlaku pd tanggal 5 Juni 1847, yg salah satu peraturan tersebut menyatakan bahwa Karanganyar merupakan salah satu wilayah.
Pada tahun 1903 dibentuk Kabupaten Anom Kota Mangkunegaran, meliputi wilayah kota Sala bagian utara, Wanareja, Kaliyoso, dan Colomadu.Swapraja Mangkunegaran. IstilahOnderregentschap diubah menjadi regentschap atau dlm bahasa Indonesia yg berarti “Kabupaten” oleh Sri Mangkunegoro VII yg memegang pemerintahan saat itu (1916-1944), tepatnya pd tanggal 20 November 1917.
Dengan demikian, pd tanggal 20 November 1917, lahirlah Kabupaten Karanganyar dgn ibukota Karanganyar. Nama Karanganyar sendiri terbentuk dari tiga kata yg masing-masing mempunyai arti dan maksud :
Ka : Kawibawaningkang dipun gayuh (kawibawaan yg dicita- citakan).
Rang : Rangkepanipun lahir bathin pulung lan wahyunipun sampun turun temurun(rangkapnya lahir dan batin, pulung dan wahyunya turun).
Anyar : Badhe nampi perjanjian anyar/enggal winisudha jumeneng Mangkunegoro I (akan menerima perjanjian baru yg diangkat menjadi Mangkunegoro I).
Reorganisasi wilayah Kadipaten Mangkunegaran dilakukan dgn Kaputusan Sri Mangkunegara VII tentang pembentukan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Karanganyar. Pada tanggal 18 Nopember 1917 KGPAA Mangkunegara VII di Kabupaten Karanganyar melantik KRT Hardjohasmoro sebagai Bupati Karanganyar.
Dalam pelantikan disampaikan pidato pengarahan oleh KGPAA Mangkunegaran VII antara lain:
Seorang Bupati harus benar-benar menjalankan tugas dgn baik dan loyal kepada tugas pemerintahan
Arti Logo
Bentuk
Bentuk daripada lambang daerah Kabupaten Karanganyar merupakan sebuah perisai bersudut lima yg digayakan berwarna dasar coklat muda, bertepian (plisir) warna putih, isi lukisan sebuah segi enam berwarna dasar merah putih bertepian warna putih.
Isi dan Warna
Pada perisai tersebut terlukiskan empat belas macam benda alam, bangunan, tumbuh-tumbuhan yg tata letaknya tersusun secara artistik, empat diluar, sepuluh di dlm segi enam, terdiri dari :
- Diluar segi enam
- Diatas segi enam, sebuah bintang segi lima warna kuning emas
- Disebelah kiri segi enam, setangkai padi berisi tujuh belas butir warna kuning
- Disebelah kanan segi enam, setangkai kapas, terdiri dari delapan kapas warna putih, empat bunga warna kuning, dan lima daun warna hijau
- Dalam segi enam:
- Sebatang pohon beringin, berakar gantung empat warna hijau tua
- Sebuah bende (alat gamelan) warna biru muda di bawah pohon beringin
- Gunung warna hitam merupakan alas bende
- Persawahan warna hijau tua dan saluran air warna putih pd kaki gunung
- Dua batang tebu warna putih berdiri di atas persawahan melingkari bende
- Susunan delapan helai daun teh berbentuk sayap warna coklat muda di tengah-tengah persawahan
- Sebilah keris warna kuning, bertingkai (ukiran) hitam, berdiri tegak di tengah tengah daun teh
- Roda bergigi empat warna kuning di bawah daun teh
- Lima mata rantai warna hitam pd roda
- Dua pucuk bambu runcing warna putih membatasi persawahan di sebelah kanan dan kiri
Arti
- Perisai bersudut lima, keris dan bambu runcing melambangkan penolakan bahaya berdasarkan Pancasila
- Bintang melambangkan keagungan Tuhan dan kesadaran serta ketentuan beragama rakyat daerah Kabupaten Karanganyar yg menjiwai Pemerintah dlm melaksanakan tugasnya
- Segi enam melambangkan daerah Kabupaten Karanganyar berbatasan enam daerah: Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen
- Padi dan kapas melambangkan :
- Cita-cita kemakmuran (materiil) rakyat daerah Kabupaten Karanganyar untk sepanjang masa
- Hari Proklamasi 17 Agustus 1945
- Kata “KARANGANYAR” dlm pita menunjukkan nama daerah Kabupaten Karanganyar
- Pohon beringin melambangkan kewibawaan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dan rasa kebangsaan Indonesia, akar gantung melambangkan tempat bekas kawedanan
- Bende melambangkan:
- Kehidupan kepribadian kebudayaan rakyat daerah Kabupaten Karanganyar
- Fungsi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar sebagai pemegang komando disegala bidang dlm daerah
- Gunung melambangkan keteguhan yg abadi rakyat daerah Kabupaten Karanganyar, dlm pengabdiannya kepada Negara, Nusa dan Bangsa
- Persawahan dan saluran air melambangkan kesuburan daerah Kabupaten Karanganyar
- Tebu melambangkan adanya perusahaan gula dlm daerah Kabupaten Karanganyar yg mempunyai standar internasional
- Daun teh melambangkan bahwa:
- Dalam daerah Kabupaten Karanganyar terdapat beberapa perusahaan perkebunan
- Bentuk sayap:
- Melambangkan adanya Pangkalan Udara dlm daerah Kabupaten Karanganyar
- Mengambarkan motif batik tulis sebagai kehidupan industri rakyat daerah Kabupaten Karanganyar
- Roda melambangkan bahwa sebagian rakyat daerah Kabupaten Karanganyar terdiri karyawan dan buruh
- Rantai melambangkan persatuan dan kesatuan rakyat daerah Kabupaten Karanganyar yg dijiwai oleh semangat gotong royong
Warna Dasar
- Warna coklat muda melambangkan rasa tanggung jawab rakyat Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar
- Warna merah putih melambangkan:
- Kesatuan Bangsa Indonesia
- Keberanian dan kesucian rakyat bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dlm membela kebenaran dan keadilan
- Warna kuning emas berarti keagungan
- Warna hijau melambangkan penghargaan kemakmuran rakyat dan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kabupaten karanganyar
- Warna biru melambangkan pengharapan kesetiaan rakyat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dlm melaksanakna tugasnya masing-masing dgn tekad yg bulat dan abadi
- Warna Kuning melambangkan semangat membenci terhadap segala bentuk keangkara-murkaan dan penyelewengan
KEDUDUKAN LAMBANG
Lambang Daerah Kabupaten Karanganyar wajib dihormarti dan diperlakukan secara wajar oleh tiap warga daerah Kabupaten Karanganyar, karena mengandung nilai-nilai positif dan ideal yg mencerminkan kehidupan dan cita-cita luhur rakyat daerah Kabupaten Karanganyar.
Lambang Daerah Kabupaten Karanganyar merupakan tanda resmi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar.
Nilai Budaya Upacara Adat Bersih Desa Dalungan.
Latar Belakang
Dalungan sebenarnya adalah nama sebuah desa di Kecamatan Kebakkramat. Tepatnya Desa Dalungan, kelurahan Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
Desa Dalungan mempunyai suatu kegiatan upacara bersih desa, yg akhirnya membudaya dan tetap dilestarikan sebagai suatu tradisi masyarakat, dan akhirnya kegiatan bersih desa itu disebut Dalungan.
Upacara bersih desa ni termasuk upacara religi, diselenggarakan dgn maksud agar seluruh penduduk di wilayah desa Dalungan selalu mendapatkan berkah dari Allah SWT dan terhindar dari segala hal-hal yg bersifat tak baik sehingga merugikan masyarakat desa, misalnya di bidang kesehatan agar masyarakat terhindar dari wabah penyakit, untk pertanian petani bisa berhasil dlm panennya, sehingga desa Dalungan menjadi aman tentram murah sandang pangan dan sejahtera. Upacara bersih desa Dalungan sudah dilaksanakan sejak dulu kala sampai sekarang secara turun temurun, sehingga upacara bersih desa Dalungan sudah menjadi warisan leluhur yg tetap dipertahankan dan dilestarikan.
Dalam pelaksanaan upacara ritual bersih desa Dalungan selalu ditampilkan Seni Tayub dgn maksud caos sesaji kepada penunggu desa yg diyakini berada di sebuah Pundhen. Penunggu yg berada dipundhen tersebut adalah : Kyai Panjipuro dan Nyai Panjipuro serta Kyai Gendhongali. Masyarakat meyakini ketiga penunggu desa tersebut bertempat pd sebuah batu yg berbentuk Yoni (belum diketahui usianya berapa tahun).
Perunjukan Tayub sebagai sarana upacara ritual adalah Tayub yg dipertunjukkan terkait dgn ritus / yg menyangkut dgn upacara keagamaan / kepercayaan masyarakat.
Waktu Pelaksanaan
Upacara bersih desa Dalungan dilaksanakan tiap tahun, tiap bulan Ruwah (Kalender Jawa) pd hari Jum’at Legi. Hal ni waktu pelaksanaan tak boleh diundur-undur / diulur-ulur waktunya dan harus memanggil/mementaskan Ledhek Tayub. Sudah menjadi keyakinan kalau pelaksaan diulur-ulur waktunya, akan terjadi sesuatu yg tak diinginkan oleh masyarakat Dalungan.
Proses Upacara
Acara bersih desa dilaksanakan pd sore hari dimulai sekitar pukul 15.00 - 17.30. setelah bancaan/kenduri , Ledhek Tayub mulai menari menghibur para roh yg berada di Pundhen selama kurang lebih 3 (tiga) sampai 5 (lima) lagu saja yg pokok. Menjelang maghrib, acara pokok selesai kemudian dilanjutkan dgn kesenian Tayub lagi tapi tempatnya pindah dari komplek Pundhen. Biasanya diperempatan desa / tampat lain selain di Pundhen.
Tradisi Masyarakat Desa Dalungan
Pelaksanaan upacara bersih desa dgn mementaskan pertunjukan Tayub berkaitan erat dgn mitos yg berlaku dan masih diyakini oleh masyarakat desa Dalungan Kalurahan Macanan Kecamatan Kebakkramat. Mitos yg berlaku di desa Dalungan tersebut adalah bahwa penari Tayub dianggap sebagai perantara antara masyarakat desa dgn ”Dewi Kesuburan ”.
Tujuan masyarakat mengadakan upacara bersih desa agar desanya mendapatkan berkah, ketenangan lahir batin, kesehatan, murah sandang pangan lewat Dewi Kesuburan.
Melalui upacara besih desa Tayub merupakan aktifitas yg sangat penting dan harus dilaksanakan oleh masyarakat Dalungan. Apabila tak dilaksanakan seluruh warga akan terkena akibatnya. Hal-hal negatif selalu membayangi mereka.Oleh Karena itu bersih desa Tayub harus dilaksanakan. Pandangan mereka berdasarkan keyakinan bahwa tayub dlm ritual bersih desa membawa berkah keselamatan, ketentraman, kesuburan dan keamanan desa Dalungan.
Perunjukan Tayub sebagai sarana upacara ritual adalah Tayub yg dipertunjukkan terkait dgn ritus / yg menyangkut dgn upacara keagamaan / kepercayaan masyarakat
Dari latar belakang dpt diketahui bahwa masyarakat Desa Dalungan sebagian besar masih percaya akan kekuatan dhanyang (roh halus penunggu) yg berada di desa dan mereka percaya bahwa upacara bersih desa yg dilakukan akan menjadikan desa Dalungan selamat dari bencana.
Kelengkapan Bersih Desa Dalungan.
Upacara bersih desa Tayub di Desa Dalungan, selain dlm penyelenggaraannya harus mementaskan Tayub, jg dilengkapi dgn sajen / sesaji. Kesenian Tayub dan kepercayaan dpt dipadukan menjadi satu sistem upacara sebagai sarana komunikasi untk memenuhi kebutuhan spiritual maupun material.
Selain Tayub kelengkapan bersih desa adalah sajen, yaitu segala sesuatu yg disajikan dlm upacara berupa makanan dan buah-buahan. Makanan biasanya berupa nasi uduk, lauk pauk (sambel goreng, bakmi, tahu, tempe, krupuk, rempeyek, lalapan, buah pisang dll), ingkung panggang yg semuanya merupakan seperangkat makanan untk kenduri.Sajen tersebut dibawa ke Pundhen untk kemudian di adakan do’a bersama.
Tayub Dalam Ritual Bersih Desa Sebagai Simbol kesuburan Pertunjuka Tayub pd upacara bersih desa di Dalungan sangat diharapkan kehadirannya, bahkan sudah menjadi komitmen bagi maasyarakat Dalungan, warga tak bisa menerima kehadiran tari lain kecuali tari Tayub. Masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa penari Tayub telah berhasil membawa masyarakat Dalungan meningkat lebih baik lagi taraf kehidupannya.
Tayub sebagai lambang kesuburan tanaman, oleh para petani desa Dalungan, Tayub dipersembahkan kepada dhnyang setempat yg menempati tempat-tempat tertentu. Tempat tersebut sanngat dihormati, terbukti selalu dibersihkan secara rutin, khususnya setahun sekali tiap diadakan ritual desa dgn perlengkapan sajen.
Upacara Adat Dawuhan.
Dawuhan adalah bentuk upacara tradisi yg dilaksanakan secara turun temurun sebagai ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa telah diberikan sumber kehidupan yaitu dgn membersihkan sumber mata air dari semak belukar / tanaman yg menggangu dimana air mengalir. Sumber mata air biasa dipergunakan oleh masyarakat dlm kehidupan sehari-hari baik sebagai air minum, memasak ataupun untk untuk mengalir pertanian penduduk desa. Tradisi Dawuhan diungkapkan dlm bentuk sesaji berupa hasil bumi / nasi tumpeng lengkap dgn laukpauk. Upacara Dawuhan masih di lakukan masyarakat di daerah Tawangmangu, Ngargoyoso dan Jenawi. Tradisi Dawuhan selain sebagai ucapan syukur kepada yg Maha Kuasa jg merupakan sarana / bentuk kepedulian sesama dimana warga masyarakat saling bersilahturami dgn makan bersama
Upacara Adat Suryajawi.
Ritual ruwatan yg dipercaya orang Jawa bisa membuang sial ternyata tak hanya dilakukan untk manusia, tetapi di wilayah Tawangmangu Kabupaten Karanganyar di lakukan ruwatan hewan yaitu kuda. Kuda di Tawangmangu di gunakan masyarakat untk mencari nafkah. Paguyuban Turangga Karya adalah perkumpulan kuda tunggang yg beroprasi diwilayah Air Terjun Grojagan Sewu Tawangmangu. Ritual ni dilakukan setahun sekali pd bulan sura. Prosesi ruwatan ni diawali dgn arak-arakan kuda sebanyak + 140 ekor yg telah dihias sedemikian rupa dan sehari sebelumnya dimandikan oleh pemiliknya. Seperti ruwatan pd manusia, ruwatan pd kuda ni jg menyediakan sesaji berupa tumpeng. Sesampai di tempat ruwatan, kuda-kuda ditambatkan sementara para pemiliknya menyaksikan pertunjukkan wayang kulit yg dimainkan peruwat. Setelah peruwat memimpin doa, tumpeng pun dibagikan untk dimakan bersama-sama pemilik kuda. Puncaknya adalah membasuh kuda-kuda dgn air kembang 7 warna. Kuda beserta pemiliknya mendapatkan nasehat dari peruwat diawali dgn mencelupkan pangkal cemeti ke dlm ember berisi air kembang. Menurut kepercayaan mereka Paguyuban Kuda Tunggang Wisata Tungga Karya, ritual Suryo Jawi ni dpt melancarkan rejeki dan memberi keselamatan bagi kuda terlebih bagi pemilik kuda.
Objek sejarah
Di Kabupaten Karanganyar berlokasi Candi Sukuh, Candi Cetho, dan paling tak dua sisa-sisa kompleks pemujaan Hindu dari masa-masa akhir Kerajaan Majapahit. Di dekat puncak Gunung Lawu jg ditemukan susunan batuan yg diduga berasal dari peninggalan zaman pra-Hindu (megalitikum). Di Kecamatan Matesih berlokasi dua kompleks pemakaman penguasa Mangkunagaran yg berdekatan, yaitu Astana Mangadeg dan Astana Girilayu. Di dekatnya terdapat Pemandian Pablengan yg telah ada sejak masa Kesultanan Mataram. Di dekat kota Karanganyar (tepatnya di Desa Janti) berlokasi tempat penandatanganan Perjanjian Giyanti, perjanjian yg menjadi tanda awalnya kolonialisme VOC dan Belanda di bumi Mataram.
Dalungan sebenarnya adalah nama sebuah desa di Kecamatan Kebakkramat. Tepatnya Desa Dalungan, kelurahan Macanan Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
Desa Dalungan mempunyai suatu kegiatan upacara bersih desa, yg akhirnya membudaya dan tetap dilestarikan sebagai suatu tradisi masyarakat, dan akhirnya kegiatan bersih desa itu disebut Dalungan.
Upacara bersih desa ni termasuk upacara religi, diselenggarakan dgn maksud agar seluruh penduduk di wilayah desa Dalungan selalu mendapatkan berkah dari Allah SWT dan terhindar dari segala hal-hal yg bersifat tak baik sehingga merugikan masyarakat desa, misalnya di bidang kesehatan agar masyarakat terhindar dari wabah penyakit, untk pertanian petani bisa berhasil dlm panennya, sehingga desa Dalungan menjadi aman tentram murah sandang pangan dan sejahtera. Upacara bersih desa Dalungan sudah dilaksanakan sejak dulu kala sampai sekarang secara turun temurun, sehingga upacara bersih desa Dalungan sudah menjadi warisan leluhur yg tetap dipertahankan dan dilestarikan.
Dalam pelaksanaan upacara ritual bersih desa Dalungan selalu ditampilkan Seni Tayub dgn maksud caos sesaji kepada penunggu desa yg diyakini berada di sebuah Pundhen. Penunggu yg berada dipundhen tersebut adalah : Kyai Panjipuro dan Nyai Panjipuro serta Kyai Gendhongali. Masyarakat meyakini ketiga penunggu desa tersebut bertempat pd sebuah batu yg berbentuk Yoni (belum diketahui usianya berapa tahun).
Perunjukan Tayub sebagai sarana upacara ritual adalah Tayub yg dipertunjukkan terkait dgn ritus / yg menyangkut dgn upacara keagamaan / kepercayaan masyarakat.
Waktu Pelaksanaan
Upacara bersih desa Dalungan dilaksanakan tiap tahun, tiap bulan Ruwah (Kalender Jawa) pd hari Jum’at Legi. Hal ni waktu pelaksanaan tak boleh diundur-undur / diulur-ulur waktunya dan harus memanggil/mementaskan Ledhek Tayub. Sudah menjadi keyakinan kalau pelaksaan diulur-ulur waktunya, akan terjadi sesuatu yg tak diinginkan oleh masyarakat Dalungan.
Proses Upacara
Acara bersih desa dilaksanakan pd sore hari dimulai sekitar pukul 15.00 - 17.30. setelah bancaan/kenduri , Ledhek Tayub mulai menari menghibur para roh yg berada di Pundhen selama kurang lebih 3 (tiga) sampai 5 (lima) lagu saja yg pokok. Menjelang maghrib, acara pokok selesai kemudian dilanjutkan dgn kesenian Tayub lagi tapi tempatnya pindah dari komplek Pundhen. Biasanya diperempatan desa / tampat lain selain di Pundhen.
Tradisi Masyarakat Desa Dalungan
Pelaksanaan upacara bersih desa dgn mementaskan pertunjukan Tayub berkaitan erat dgn mitos yg berlaku dan masih diyakini oleh masyarakat desa Dalungan Kalurahan Macanan Kecamatan Kebakkramat. Mitos yg berlaku di desa Dalungan tersebut adalah bahwa penari Tayub dianggap sebagai perantara antara masyarakat desa dgn ”Dewi Kesuburan ”.
Tujuan masyarakat mengadakan upacara bersih desa agar desanya mendapatkan berkah, ketenangan lahir batin, kesehatan, murah sandang pangan lewat Dewi Kesuburan.
Melalui upacara besih desa Tayub merupakan aktifitas yg sangat penting dan harus dilaksanakan oleh masyarakat Dalungan. Apabila tak dilaksanakan seluruh warga akan terkena akibatnya. Hal-hal negatif selalu membayangi mereka.Oleh Karena itu bersih desa Tayub harus dilaksanakan. Pandangan mereka berdasarkan keyakinan bahwa tayub dlm ritual bersih desa membawa berkah keselamatan, ketentraman, kesuburan dan keamanan desa Dalungan.
Perunjukan Tayub sebagai sarana upacara ritual adalah Tayub yg dipertunjukkan terkait dgn ritus / yg menyangkut dgn upacara keagamaan / kepercayaan masyarakat
Dari latar belakang dpt diketahui bahwa masyarakat Desa Dalungan sebagian besar masih percaya akan kekuatan dhanyang (roh halus penunggu) yg berada di desa dan mereka percaya bahwa upacara bersih desa yg dilakukan akan menjadikan desa Dalungan selamat dari bencana.
Kelengkapan Bersih Desa Dalungan.
Upacara bersih desa Tayub di Desa Dalungan, selain dlm penyelenggaraannya harus mementaskan Tayub, jg dilengkapi dgn sajen / sesaji. Kesenian Tayub dan kepercayaan dpt dipadukan menjadi satu sistem upacara sebagai sarana komunikasi untk memenuhi kebutuhan spiritual maupun material.
Selain Tayub kelengkapan bersih desa adalah sajen, yaitu segala sesuatu yg disajikan dlm upacara berupa makanan dan buah-buahan. Makanan biasanya berupa nasi uduk, lauk pauk (sambel goreng, bakmi, tahu, tempe, krupuk, rempeyek, lalapan, buah pisang dll), ingkung panggang yg semuanya merupakan seperangkat makanan untk kenduri.Sajen tersebut dibawa ke Pundhen untk kemudian di adakan do’a bersama.
Tayub Dalam Ritual Bersih Desa Sebagai Simbol kesuburan Pertunjuka Tayub pd upacara bersih desa di Dalungan sangat diharapkan kehadirannya, bahkan sudah menjadi komitmen bagi maasyarakat Dalungan, warga tak bisa menerima kehadiran tari lain kecuali tari Tayub. Masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa penari Tayub telah berhasil membawa masyarakat Dalungan meningkat lebih baik lagi taraf kehidupannya.
Tayub sebagai lambang kesuburan tanaman, oleh para petani desa Dalungan, Tayub dipersembahkan kepada dhnyang setempat yg menempati tempat-tempat tertentu. Tempat tersebut sanngat dihormati, terbukti selalu dibersihkan secara rutin, khususnya setahun sekali tiap diadakan ritual desa dgn perlengkapan sajen.
Upacara Adat Dawuhan.
Dawuhan adalah bentuk upacara tradisi yg dilaksanakan secara turun temurun sebagai ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa telah diberikan sumber kehidupan yaitu dgn membersihkan sumber mata air dari semak belukar / tanaman yg menggangu dimana air mengalir. Sumber mata air biasa dipergunakan oleh masyarakat dlm kehidupan sehari-hari baik sebagai air minum, memasak ataupun untk untuk mengalir pertanian penduduk desa. Tradisi Dawuhan diungkapkan dlm bentuk sesaji berupa hasil bumi / nasi tumpeng lengkap dgn laukpauk. Upacara Dawuhan masih di lakukan masyarakat di daerah Tawangmangu, Ngargoyoso dan Jenawi. Tradisi Dawuhan selain sebagai ucapan syukur kepada yg Maha Kuasa jg merupakan sarana / bentuk kepedulian sesama dimana warga masyarakat saling bersilahturami dgn makan bersama
Upacara Adat Suryajawi.
Ritual ruwatan yg dipercaya orang Jawa bisa membuang sial ternyata tak hanya dilakukan untk manusia, tetapi di wilayah Tawangmangu Kabupaten Karanganyar di lakukan ruwatan hewan yaitu kuda. Kuda di Tawangmangu di gunakan masyarakat untk mencari nafkah. Paguyuban Turangga Karya adalah perkumpulan kuda tunggang yg beroprasi diwilayah Air Terjun Grojagan Sewu Tawangmangu. Ritual ni dilakukan setahun sekali pd bulan sura. Prosesi ruwatan ni diawali dgn arak-arakan kuda sebanyak + 140 ekor yg telah dihias sedemikian rupa dan sehari sebelumnya dimandikan oleh pemiliknya. Seperti ruwatan pd manusia, ruwatan pd kuda ni jg menyediakan sesaji berupa tumpeng. Sesampai di tempat ruwatan, kuda-kuda ditambatkan sementara para pemiliknya menyaksikan pertunjukkan wayang kulit yg dimainkan peruwat. Setelah peruwat memimpin doa, tumpeng pun dibagikan untk dimakan bersama-sama pemilik kuda. Puncaknya adalah membasuh kuda-kuda dgn air kembang 7 warna. Kuda beserta pemiliknya mendapatkan nasehat dari peruwat diawali dgn mencelupkan pangkal cemeti ke dlm ember berisi air kembang. Menurut kepercayaan mereka Paguyuban Kuda Tunggang Wisata Tungga Karya, ritual Suryo Jawi ni dpt melancarkan rejeki dan memberi keselamatan bagi kuda terlebih bagi pemilik kuda.
Objek sejarah

sumber wikipedia,http://depdagri.go.id
source : http://sraksruk.blogspot.com, http://slideshare.net, http://bbc.co.uk
0 Response to "sejarah kabupaten KARANGANYAR (jawa tengah)"
Post a Comment